Antara
manusia dan alam
Alam menyentuh hatiku dan mengajakku
berbicara. Sebuah untaian percakapan yang menyadarkan diriku bahwa aku, sebagai
manusia, telah melupakan alam. Bagai kacang lupa kulitnya, itulah manusia di
hadapan alam. Alam bertanya, “dimana nafas hidupmu?” “darimana kebutuhan
hidupmu?” aku terenyuh dan tersentak seketika. Kusadari tiap helai nafas
hidupku bersumber pada alam. Sehari makan 3 kali, dan semua dari alam. Helai
demi helai pakaianku, semua dari alam
Manusia dan alam adalah kekasih. Yang
satu buth yang lain. Yang satu melengkapi yang lain. Antara aku dan alam ada
suatu relasi saling menguntungkan dimana aku dan alam tidak bisa berpisah.
Kemana pun manusia pergi, manusia tidak akan bisa lari dari alam. Semakin
manusia lari, semakin dengan dengan alam. Bagai kekasih yang perharian pada
pasangan, begitulah alam memberikan dirinya, terus menerus. Suatu kasih yang
tanpa henti dan tak berkesudahan. Apa aku haris meminta pada alam? Tidak perlu
kata atau isyarat supaya alam memenuhi hidupku. Alam tahu inginku. Alam tahu
maksud hatiku dan alam tahu apa yang aku butuhkan.
Kau butuh hiasan pada tubuhmu. Silakan
kau minta pada ulat-ulat sutera. Begitu ringkih, kecil dan lemat tapi mintalah
pada merka karena mereka menyediakan bahan paling halus untuk menghiasi
tubuhmu. Kau butuh madu, silakan minta pada para lebah. Merekalah yang
mengumpulkan sedikit demi sedikit, hari demi hari hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Namun, mareka pun tidak mengeluk ketika manusia
merampasnya. Ada sekian banyak kemurahan yang diterimamanusia dan itu semua
Cuma-Cuma.
Sebuah kasih yang tak terbalaskan. Apa
balasku? Tak pernah terbersit dalam hati manusia untuk mencintai sang kekasih
begitu hebat. Apakah cinta jika aku hanya merauo dan mengekploitasi kualitas
kekasihku? Apakah cinta jika kau hanya menadahkan tangan tanpa pernah mengulur
untuk member? Apak cinta jika aku menagih balas kasihku? Dan apakah cinta jika
aku menghitung-hitung dirimu?
Kau, alam, tiada bedanya dengan pelacur
dan aku adalah penjajakmua. Tak terbantahkan oleh siapa pun bahwa kau dan aku
hanya relasi kebutuhan. Kau kubutuhkan dan setelah itu tercampak hina. Lihat
kandungan mineral dalam tubuhmu dan bagaimana manusia mengoyak tubuhmu bahkan
mengeksploitasi hidupmu. Tak alin, kau adalah pelacur dan aku penjajaknya. Kau
tidak berguna lagi? Bersiaplah karena dalam hitungan waktu kau telah
tercampakkan. Tersungkur. Meratap di
tengah dunia.
Kau marah padaku?kekasihmu?ah untaian
kemarahanmu telah bergelora di tengah hidupku. Bagaimana air menggulung hidup
manusia dan menyeretnya ke tengah lautan. Sekejap lautan menjadi kuburan masal.
Oh kekasihku, bukan suatu kemarahan tapi suatu pedih. Pedih hatimu yang
merindukan kekasihnya. Berontal. Menggelora. Berapi-api. Kau kenal dan paham
kekasihmu tapi kekasihmu telah mencampakkan dirimu. Siapakah alam bagiku selau
pelacur pemuas bierahi kebutuhanku?
Kau merindukan aku, manusiamu. Kau rindu
setuhan lembut jariku. Jari yang menyentuh putrid-putri malu hingga mereka
meringkuk di balik daun. Kau merindukan tangan yang mempertemukan putik dan
benang sari hingga kau mampu menikah dengan semputna. Kau merindukan diriku
agar kau harmonis kembali. Sayang, rindumu adalah pemakaman bagi dirimu. Karena
kau. Manusia tidak lebih setia pada diriku sendiri. Siapakah engkau, hai alam
raya?
Topeng-topeng bertaburan dan manusia
telah memakainya. Berkedok banci dibalik kegagahan, berkedok baik dibalik
keserakahan. Berkedik kaya dibalik kemiskinan. Dan kau, alam, patut kau ketahui,
bhawa kedok ini adalah egoism. Padahal dalam hati, kekasihmu masih ada tindu
suatu harmonisasi percintaan. Kau adalah kau, sang pemberi hidup bagiku. Kau
bukanlah pelacur tapi kekasih sejati.
Dimana aku menemukan nafas?
Dimana aku menemukan keindahan?
Dimana aku menemukan cinta?
Dimana aku menemukan setia?
Dimana aku menemukan pasangan?
Dimana aku menemukan berbagi?
Dimana aku menemukan memberi?
dan
Dimana aku menemukan harmoni cinta yang memeluk erat keindahan?
Hanya alam dan hanya alam. Maaf telah
lama aku memperkosa dirimu. Maaf karena telah membiarkan kau telanjang. Maaf
telah mencampakkan dirimu. Dan maaf telah membiarkan dirimu sendiri, sendiri
memulihkan hidupmu dan hidupku, sendiri mengalirkan kasih Tuhan pada manusia
Ambrosius
Lolong
15
Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar