Rabu, 21 Agustus 2013

Wahyu dan Iman Menurut Dei Verbum artikel 1-5



A. Gereja dan Sabda Allah
Sambil mendengarkan SABDA ALLAH dengan khidmat dan mewartakannya penuh kepercayaan, Konsili suci mematuhi amanat S. Yohanes: “Kami mewartakan kepadamu hidup kekal, yang ada pada Bapa dan telah nampak kepada kami: Yang kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami wartakan kepadamu supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami, dan persekutuan kita beserta Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus” (1 Yoh 1: 2-3).
Dei Verbum Art. 1
Konsili Vatikan II menandai tahapan baru dalam sejarah Gereja. Paus Yohanes XXIII menyebut konsili ini sebagai peristiwa Pentakosta Baru. Unsur yang paling penting dalam peristiwa itu adalah transformasi. Gereja yang tertutup menyadari peranan dan perutusannya bagi dunia. Ini terjadi berkat daya kekuatan Roh Kudus. Roh Kudus menghendaki agar Gereja menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan suatu komunitas yang dapat ikut merasakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia dewasa ini terutama yang miskin dan terlantar. Untuk dapat menanggapi panggilan dan perutusan itu, Gereja harus mendengarkan Sabda Allah dan mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya. Hal ini berasal dari jati diri Gereja sendiri yang bukan pertama-tama sebuah lembaga melainkan Umat Allah yang dihimpun oleh sabda Allah yang hidup. Gereja adalah Umat Allah yang dipanggil dan dihimpun oleh Allah yang bersabda dan berkarya dalam sejarah. Sabda dan karya Allah itu dinyatakan kepada kita di dalam kitab suci. Oleh karena itu, Kitab Suci merupakan dasar bagi kehidupan Gereja dan diharapkan menentukan ciri-ciri keberadaannya di dalam sejarah.
Gereja yang dipahami sebagai umat Allah yang berhimpun karena sabda Allah itu menjadikan kitab suci sebagai sumber inspirasi bagi kehidupannya. Setiap segi kehidupan yang diperjuangkan, setiap keputusan dan pilihan yang diambil sungguh diperjuangkan dan diambil berdasarkan atau sesuai dengan semangat Yesus Kristus yang terungkap dalam kitab suci. Dengan demikian, cara pandang dan cara bertindak Gereja senantiasa menggunakan cara pandang dan cara bertindak Yesus Kristus. Di saat yang sama, Gereja memiliki tugas untuk meneruskan sabda Allah, baik dalam pewartaan maupun dalam karya.

B. Wahyu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wahyu dimengerti sebagai petunjuk dr Allah yg diturunkan hanya kpd para nabi dan rasul melalui mimpi dsb. Mungkin pengertian ini masih bersifat umum. Secara khusus Gereja merefleksikan wahyu dalam sudut pandang iman Katolik. Demikian kutipan singkat bagaimana Gereja merefleksikan wahyu,

Kerja dan Manusia Dalam terang Laborem Exercens



 Pengantar
Kerja merupakan sarana bagi setiap manusia agar mereka dapat melangsungkan hidup. Manusia mencari nafkah sehari-hari bagi dirinya dan juga untuk orang di sekitar mereka. Tidak hanya itu, dengan bekerja, secara tidak sadar, manusia juga turut serta dalam mendukung perkembangan kebudayaan, teknologi dan ilmu pengetahuan. Namun, dalam perkembangannya, kerja juga tidak mengalami kendala. Beberapa kasus telah menunjukkan bahwa kerja tidak lagi menjadi sarana manusia untuk mengaktualisasikan dirinya. Sebaliknya, kerja telah menjadi wadah untuk mengeksploitasi sumber daya manusia demi suatu tujuan tertentu yang mengabaikan nilai luhur manusia. Untuk itu, dalam paper ini, saya mencoba menggali makna dan hubungan kerja dengan manusia dalam terang ensiklik Laborem Exercens.

Kasus
            Pemilihan tema kerja ini juga terkait dengan sebuah artikel yang saya baca pada suatu situs. Artikel ini bercerita tentang seorang buruh outsourching. Judul artikel ini adalah “Sistem Outsourching itu Kurang Manusiawi, Ini Buktinya!!”. Berikut saya mencoba merangkum artikel yang saya temukan.
            Julie (nama disamarkan) adalah salah satu cleaning service, pendiam, manis dan masih berusia dibawah tiga puluh tahun. Dia menjadi salah satu pekerja perusahaan jasa outsourcing kebersihan yang di kontrak oleh perusahaannya sekarang. Suatu hari Julie tidak masuk kantor. Dari salah satu office girl diperoleh informasi bahwa ada dua kemungkinan Julie tidak datang ke kantor. Pertama, ada masalah dengan kereta api yang dinaikinya setiap hari. Rumah Julie terletak di daerah Citayam dan setiap hari dia menggunakan kereta api sebagai penumpang gelap. Kedua, tidak ada ongkos sepeserpun  untuk naik angkot dari stasiun Tebet menuju kantornya.
            Dari teman-temannya Julie, didapat sebuah jawaban bahwa pendapatan seorang cleaning service masih jauh dibawah UMR. Pendapatan pendapatan mereka  yaitu Rp 29.000,- sehari dari 25 hari kerja. Tentunya, jumlah ini tidaklah cukup untuk penghidupan selama sebulan. Padahal UMR untuk propinsi DKI tahun 2012 adalah Rp 1.529.150,_ perbulan sebagaimana telah ditetapkan dalam peraturan Gubernur provinsi DKI Jakarta dengan nomor 117 tahun 2011. Peraturan ini ditandatangani oleh Gubernur DKI tanggal 28 November 2011. Pada kenyataannya, gaji yang diterima Julie tidak sesuai dengan kontrak kerja yang disetujui olehnya. Pendapatan yang diterima Julie dari kantornya pun masih harus dipotong untuk membayar jasa perusahaan yang menyalurkan dirinya.
            Dalam kehidupan sehari-hari, Julie adalah tulang punggung keluarga dimana harus menghidupi dua orang anaknya yang duduk dibangku kelas tiga sekolah dasar dan satu lagi masih TK. Selain kedua anaknya, dia juga merawat ibu kandungnya yang sudah menjanda. Suaminya telah lama meninggalkan dia dan anak-anaknya. Kebutuhan minimal yang diperlukan Julie agar mampu bertahan selama satu bulan adalah satu juta rupiah. Untuk itu, dia mesti kerja lembur bahkan sampai tengah malam.

“Sebelum Kuterdiam”



Kini giliranku…
Ini kakiku, kaki penuh luka…
Luka karena sepakbola…
Luka karena main bersama…

Ini kakiku, kaki penuh debu…
Debu karena langkah ragu…
Debu karena hati yang beku..
Debu karena pikiran yang kaku….

Ini adalah kakiki…kaki yang linu..
Linu karena mengejar-Mu
Linu karena mengikuti-Mu
Linu karena mencari-Mu

Tarik kakiku…
Luruskan kakiku…
Lembut sentuh kakiku…
Dingin air di kakiku…

Mengapa Kau cuci kakiku?
Mengapa Kau sentuh lembut kakiku?
Kau mau pergi kah…??
Kau akan hilang kah…??
Kau akan meninggalkanku..
Sendiri lagi….
Tapi apa peninggalanMu??
Apa yang berarti bagiku??

Kau tertunduk…
Melihat lekat kakiku….
Kaki yang kusam tak berdaya…
Kau diam…tak berkata
Kau diam…tak bertanya
Kau cium kakiku…
Dan aku terdiam…..

Sebuah bayang dalam perjamuan
Bayang yang sulit kuungkapkan….


Ambrosius Lolong
21 Juni 2012
Tugu Wacana-Soverdi

“Kekasih Alam”



Antara manusia dan alam

Alam menyentuh hatiku dan mengajakku berbicara. Sebuah untaian percakapan yang menyadarkan diriku bahwa aku, sebagai manusia, telah melupakan alam. Bagai kacang lupa kulitnya, itulah manusia di hadapan alam. Alam bertanya, “dimana nafas hidupmu?” “darimana kebutuhan hidupmu?” aku terenyuh dan tersentak seketika. Kusadari tiap helai nafas hidupku bersumber pada alam. Sehari makan 3 kali, dan semua dari alam. Helai demi helai pakaianku, semua dari alam

Manusia dan alam adalah kekasih. Yang satu buth yang lain. Yang satu melengkapi yang lain. Antara aku dan alam ada suatu relasi saling menguntungkan dimana aku dan alam tidak bisa berpisah. Kemana pun manusia pergi, manusia tidak akan bisa lari dari alam. Semakin manusia lari, semakin dengan dengan alam. Bagai kekasih yang perharian pada pasangan, begitulah alam memberikan dirinya, terus menerus. Suatu kasih yang tanpa henti dan tak berkesudahan. Apa aku haris meminta pada alam? Tidak perlu kata atau isyarat supaya alam memenuhi hidupku. Alam tahu inginku. Alam tahu maksud hatiku dan alam tahu apa yang aku butuhkan.

Kau butuh hiasan pada tubuhmu. Silakan kau minta pada ulat-ulat sutera. Begitu ringkih, kecil dan lemat tapi mintalah pada merka karena mereka menyediakan bahan paling halus untuk menghiasi tubuhmu. Kau butuh madu, silakan minta pada para lebah. Merekalah yang mengumpulkan sedikit demi sedikit, hari demi hari hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun, mareka pun tidak mengeluk ketika manusia merampasnya. Ada sekian banyak kemurahan yang diterimamanusia dan itu semua Cuma-Cuma.

Sebuah kasih yang tak terbalaskan. Apa balasku? Tak pernah terbersit dalam hati manusia untuk mencintai sang kekasih begitu hebat. Apakah cinta jika aku hanya merauo dan mengekploitasi kualitas kekasihku? Apakah cinta jika kau hanya menadahkan tangan tanpa pernah mengulur untuk member? Apak cinta jika aku menagih balas kasihku? Dan apakah cinta jika aku menghitung-hitung dirimu?

Aku yang Diam



Kau diam, aku diam
Kau berlutut, aku di belakangMu...diam
Kau berdoa, aku terdiam
Kau menangis, aku masih diam
Kau gemetar, aku tetap diam
Kau bersimpuh, aku.....diam...
Kau berdarah, aku bingung dan tetap diam
kau berbalik, aku kaget dan diam
kau menatap, aku makin terdiam
Tak ada kata antara Kau dan aku
Tak ada sapa antara Kau dan aku
Adakah aku mengerti Engkau...???
GelagatMu membuatku terdiam....dan terdiam
Aku bingung, resah, cemas.....tapi tetap diam
Aku hanya paham bahwa ini malam gelap
Aku hanya sadar bahwa hanya ada aku dan Kau
dan aku sadar bahwa aku masih diam
Aku pun terdiam....tatapanMu tajam dan dalam
terhenyak....diam....masih diam....tetap diam
Aku diam....
karena, aku tahu Engkau memahamiku apa adanya.....



Sejenak dalam Getsemani hidup
Hening Griya, 21 Juni 2011

“Beritahu aku siapa kamu..”




ketika aku mencintaimu...
aku tersenyum padamu..
ada yang berbeda darimu yang dulu
kau tetap tapi sekaligus berbeda...
siapa kamu...??

aku mencintaimu...
beritahu kapan waktu itu terjadi
tidak tahu ini benar atau salah
kau temanku tapi sekaligus harapanku..
siapa kamu...??

aku masih mencintaimu
lenggok waktu berlalu cukup bersamamu
tak terasa semua tumbuh begitu cepat
kau api cintaku tapi sekaligus air rinduku..
siapa kamu...??

aku tetap mencintaimu
ujung pisaumu mencongkel hatiku...
berdarah...perih....mengucur darah bahagia
kau yang melukai tapi sekaligus yang mengobati
siapa kamu....??

aku tidak kenal kamu...
kamu datang begitu saja....
seperti mimpi...tak tahu awal dan akhir..
hanya kisahnya yang dapat kuceritakan...
kali ini saja....

beritahu aku....siapa dirimu....



Ambrosius Lolong

Selamat Datang Padang Kehidupan





Dalam keramaian aku terhempas dari diriku…
Dalam kesendirian aku berkelana menelusuri diriku…
Dalam keduanya aku belajar berjalan…seperti seorang balita
Dalam Engkau aku ditangkap dan dirangkul penuh kasih…

Namanya Dia. Kau tidak akan pernah mengetahui bagaimana aku dan Dia bisa bersama. Entah bagaimana pertemuanku dengan diri-Nya. Begitu mesra dalam rangkulan tangan, hangat dalam pelukan dan mekar dalam persemaian. Dan, kali ini Dia perlahan menunjukkan padaku kasih yang tak mungkin terungkap satu kali, dua kali, tiga kali, bahkan seribu kali pun tak akan mampu merangkum kucuran air kasih dari keran kasih. Karena aku manusia, aku terbatas dan aku jauh dari sempurna, bahkan untuk menerima kasih itu. Justru ketika kasih itu mulai melingkupiku, aku menolaknya dengan selimut rasioku.
Terhempas jauh dari kota kelahiranku. Terlempar dari budaya kampung halamanku. Terjerumus ke dalam palung hidup yang tak pernah diimpikan. Tak pernah terbayangkan dalam benakku, sebuah ketakutan dan kecemasan untuk memelihara benih-benih Tuhan. Tak pernah diinginkan, sebuah vas sederhana untuk meletakkan satu per satu benih-benih tersebut. Mengapa harus aku yang dipilih? Mengapa harus aku yang menjalani? Dan mengapa harus aku yang merawat, memelihara, menyirami, menyiangi, memangkas dan mencintai benih-benih yang telah Kau tabur?

Kamis, 21 Maret 2013

Hubungan antar Subjek



Hubungan Antarsubjektivitas

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berhubungan dengan orang lain. Beberapa filsuf mencoba melihat hubungan ini dalam berbagai pandangan. Mereka melihat pentingnya relasi manusia dengan yang lain sebagai hubungan antar manusia sebagai subjek. Berikut adalah hubungan antar subjek dari kacamata dua orang filsuf.
a.       Martin Buber
Fokus pemikiran Buber dan pesan utama filsafatnya adalah struktur diagonal dan antar personal. Dia menolak untuk mereduksi manusia ada satu dimensi saja. Manusia juga memiliki corak hubungan dengan manusia lain. Dalam tesis fundamentalnya, buber berpandangan bahwa hubungan Andan bukanlah hubungan di antara berbagai hubungan, tetapi hubungan utama, fakte primer setiap antropologi dan filsafat. Dua pokok pemikirannya adalah I-it dan I-Thou untuk menjelaskan tesisnya.
I-it adalah hubungan antara tuan-budak. Hubungan antara manusia-benda ini dikuasai oleh kehendak menguasai dunia. Di sini, semua tidak terlibat. Hanya sebagian saja yang terlibat dalam hubungan ini karena sifat yang satu adalah ingin menguasai dan yang lain hanya bisa menerima. Hubungan ini bisa digambarkan sebagai hubungan subjek-objek, bahwa subjek melakukan kegiatan dan objek menerima perlakuan tersebut. Pengetahuan yang diterima oleh subjek difungsikan untuk menggunakan objek.

Peran Keutamaan



Peran Keutamaan dalam Hidup

a.      Pengantar
Dalam kehidupan, amnusia mmiliki keutamaan yang perlu diperjuangkan. Keutamaan itu tidak mudah untuk dapat dimengerti. Ada berbagai hal yang berkaitan dengan keutamaan ini, misalnya keutamaan hidup beragama, keutamaan intelektual, dll. Keutamaan juga sering diartikan secara umum sebagai kumpulan dari beberapa kemampuan yang bernilai. Di samping itu, keutamaan juga diartikan sebagai sesuatu yang membuat kehidupan manusia lebih baik.

b.      Permasalahan
Keutamaan banyak memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kehidupan manusia. Keutamaan membuat hidup menjadi lebih berarti. Namun, pada waktu sekarang ini, ada banyak pengertian keutamaan yang tidak jelas. Keutamaan menjadisesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Peristiwa ini mungkin dikarenakan hubungan pada masa lampau yang mengaburkan pengertian keutamaan. Hal ini sungguh menyedikan. Pengaburan pengertian ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan manusia.

Kamis, 14 Maret 2013

Persepsi



Persepsi Indrawi: Peran dan Permasalahan

1. Pengantar
Dalam usaha memperoleh pengetahuan, manusia mempersepsikan sesuatu dengan menggunakan indra yang dimilikinya. Melalui makalah ini, kami ingin mencoba untuk mendalami lebih lanjut perihal persepsi indrawi ini. Beberapa pertanyaan dasar yang kami ajukan adalah sebagai berikut. Apa itu persepsi indrawi dan bagaimana perannya dalam kegiatan manusia mengetahui? Apa saja permasalahan yang dijumpai dalam proses persepsi indrawi? Apa itu realisme langsung? Apa itu realisme tak langsung? Apa itu idealisme dan bagaimana pandangannya tentang persepsi indrawi? Benarkah anggapan bahwa pengalaman indrawi merupakan semata-mata sesuatu yang “terberi”?

2. Pengalaman Indrawi
Dalam kegiatan manusia mengetahui, manusia membutuhkan bermacam-macam pengalaman indrawi. Pengalaman indrawi sendiri dapat diartikan sebagai serangkaian akibat atau kesan-kesan pada subjek penahu yang penyebabnya dapat dirunut kembali ke kegiatan indra. Akan tetapi para filsuf menilai bahwa manusia tidak pernah mempunyai pengalaman indrawi murni, sebab pengalaman indrawi selalui terkait dengan akal. Maka, mereka lebih sering menggunakan istilah ”persepsi” untuk menggambarkan suatu pengindraan. Bagi mereka, istilah persepsi melibatkan lebih banyak dari sekadar apa yang mampu kita lihat dengan mata kita sebab dalam persepsi  terkandung juga suatu kesadaran akan apa yang dipersepsikan dan di dalamnya juga sudah termuat konseptualisasi[1].

mencari Panggilan Hidup



Memaknai Panggilan Hidup dari Nama
Dari buku Kegilaan Orang-Orang Galilea


Liburan kali ini, saya menyelesaikan salah satu buku rohani yang sederhana. Judul buku ini adalah Kegilaan Orang-Orang Galilea. Buku ini ditulis oleh RP. Surip Stanislaus OFMCap dan diterbitkan oleh penerbit Kanisius. Tentang buku ini, Penulis pada awalnya menceritakan tentang beberapa daerah penting dalam pewartaan Yesus. Pada bagian kedua, penulis secara khusus menjelaskan pribadi, arti nama dan karya para murid Yesus. Tidak hanya itu, penulis juga memberikan beberapa pertanyaan reflektif yang cukup relevan pada setiap akhir pembahasan tokoh para murid Yesus.
Satu hal yang menarik bagi saya dari buku ini adalah nama, baik nama tempat maupun nama orang. Nama merupakan suatu hal yang sederhana. Nama menjadi penanda akan suatu hal, baik tempat, benda maupun pribadi seseorang. Tanpa nama, tak satu orang pun bisa mampu mengerti dan memilah karena “keseragaman”nya. Nama membantu setiap orang untuk tahu secara persis akan suatu hal yang dihadapkan kepadanya. Nama memberikan spesifikasi yang tepat untuk setiap benda, tempat dan pribadi seseorang.

Tentang Optatam Totius



Sekilas Tentang Optatam Totius
Ringkasan, Tanggapan dan Refleksi


            Gereja Katolik, lewat Konsili Suci, menyadari begitu pentingnya peran para imam. Oleh karena itu, konsili secara khusus memberikan perhatiaannya pada proses pembinaan imam. Tentu saja, hal ini layak untuk dibahas karena pembinaan calon imam memiliki pengaruh terhadap imam dan Gereja. Bentuk perhatian tersebut terungkap dalam dekrit tentang pembinaan imam (Optatam Totius). Ada beberapa hal yang dibahas dalam dekrit ini.
            Pertama, Seiring dengan perkembangan zaman, Gereja perlu mengintegrasikan prinsip dasar iman Kristiani yang sudah ada sejak berabad-abad lalu dengan situasi dan kondisi dunia saat ini. Fakta bahwa ada begitu banyak ragam suku bangsa, budaya, dll. mendorong Gereja untuk melakukan berbagai penyesuaian yang efektif dan efisien dalam pembinaan imam. Dengan situasi dunia saat ini yang semakin terbuka, perlu adanya suatu metode pembinaan imam yang sesuai dengan konteks daerah setempat. Tentunya, hal ini berguna untuk menanggapi kebutuhan pastoral daerah yang siap untuk dilayani.
            Kedua, Gereja perlu menyadari pengembangan panggilan imam secara lebih intensif. Pengembangan panggilan ini tentu menjadi tanggung jawab setiap umat kristiani. Dalam hal ini, peran keluarga dan paroki sungguh bernilai. Lewat tempat inilah, kaum remaja semakin mendalami hidup kristiani yang didasarkan pada semangat iman dan cinta kasih serta sikap bakti. Tentunya, Uskup dan rekan imam juga punya tugas untuk memperhatikan panggilan ini sehingga pada akhirnya, pengembangan panggilan imam ini sungguh menjadi tugas bersama seluruh anggota Gereja.

Belajar Pasrah



Aku tahu kepada siapa aku berserah

“Mintalah maka akan diberikan, carilah maka akan mendapat, ketoklah maka pintu dibukakan”
(Mat 7: 7-11)

Hari ini bacaan Injilnya sungguh menarik bagiku. “Mintalah maka kamu akan diberikan kepadamu, caarilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Dalam hal ini, aku merasakan adanya suatu gradasi peningkatan penghayatan kepada Allah. Namun, sebelum ke sana, aku tertarik dengan pengalaman belanja di Alfa tadi siang. Bukan karena belanja di Alfa, tapi pengalaman belanja di Alfa menjemput pengalaman jajan atau beli sesuatu di warung. Model supermarket membuat orang terbiasa dengan self-service. Hal ini berbeda kalau jajan di warung.
Sejak kecil sampai kemaren liburan, aku selalu melakukan hal yang sama dan tidak berubah ketika jajan di warung dekat rumah. Saat masuk warung, pasti orang akan teriak, “beeelllliiii…..” siapa pun itu dan termasuk aku pasti akan melakukan hal yang sama. Situasi yang berbeda tapi menarik untuk diliat. Seakan hal ini sudah menjadi kode bersama kalau jajan di warung. Namun, hal ini menarik bagiku untuk menemukan sesuatu dari Injil hari ini. Injil Matius menulisnya dengan judul Hal Pengabulan Doa.

Dibalik Senyum



Senyum itu Indah

Hari ini Romo Yoko merayakan ultahnya di wisma CPT. Maklum, para frater TOR sedang probasi. Sepulang kuliah pertama, aku bersama dengan Patrick mencarikan sebuah kado, rencananya sebuah sendal, di Mall Artha Gading. Sebuah pengalaman sederhana terjadi pada kami. ketika sedang memarkir motor, seorang anak, mungkin sekitar kelas 3 atau 4 SD, menghampiri dan menadahkan tangannya. Tangannya yang mungil menantikan uluran tanganku dengan sedikit uang. Wajahnya tertunduk lesu tanda malu. Tak lama kemudian, Patrick mengajaknya berbincang sejenak. Kami bertanya beberapa hal. Dia meminta-minta bersama dengan kakaknya, tidak sekolah karena tidak punya uang, sang ibu bekerja sebagai buruh cuci dan hanya belajar di sebuah sekolah yang dibangun oleh sukarelawan. Kami minta anak ini untuk membaca beberapa tulisan yang ada di motor dan ternyata dia lancar untuk membaca bahasa indonesia.
Bagiku, sulit sekali untuk menerima kenyataan bahwa setiap orang tidak bisa menikmati banyak hal, seperti pendidikan, kesehatan, bahkan waktu bermain dengan teman sebayanya. Hidup seperti anak ini sungguh keras. Di balik itu, hanya segelintir orang yang memperhatikan anak-anak semacam ini. Aku bersyukur bahwa seminari memberikan perhatian dengan pastoralnya di pedongkelan. Dulu aku mempertanyakan ini, dimana Tuhan dalam hidup mereka? Adilkah ini semua bagi mereka? Atau hanya aku saja yang memandang mereka rendah, seakan-akan hidupku lebih baik dari mereka?