Kamis, 14 Maret 2013

Dibalik Senyum



Senyum itu Indah

Hari ini Romo Yoko merayakan ultahnya di wisma CPT. Maklum, para frater TOR sedang probasi. Sepulang kuliah pertama, aku bersama dengan Patrick mencarikan sebuah kado, rencananya sebuah sendal, di Mall Artha Gading. Sebuah pengalaman sederhana terjadi pada kami. ketika sedang memarkir motor, seorang anak, mungkin sekitar kelas 3 atau 4 SD, menghampiri dan menadahkan tangannya. Tangannya yang mungil menantikan uluran tanganku dengan sedikit uang. Wajahnya tertunduk lesu tanda malu. Tak lama kemudian, Patrick mengajaknya berbincang sejenak. Kami bertanya beberapa hal. Dia meminta-minta bersama dengan kakaknya, tidak sekolah karena tidak punya uang, sang ibu bekerja sebagai buruh cuci dan hanya belajar di sebuah sekolah yang dibangun oleh sukarelawan. Kami minta anak ini untuk membaca beberapa tulisan yang ada di motor dan ternyata dia lancar untuk membaca bahasa indonesia.
Bagiku, sulit sekali untuk menerima kenyataan bahwa setiap orang tidak bisa menikmati banyak hal, seperti pendidikan, kesehatan, bahkan waktu bermain dengan teman sebayanya. Hidup seperti anak ini sungguh keras. Di balik itu, hanya segelintir orang yang memperhatikan anak-anak semacam ini. Aku bersyukur bahwa seminari memberikan perhatian dengan pastoralnya di pedongkelan. Dulu aku mempertanyakan ini, dimana Tuhan dalam hidup mereka? Adilkah ini semua bagi mereka? Atau hanya aku saja yang memandang mereka rendah, seakan-akan hidupku lebih baik dari mereka?

Kali ini aku memberikan lebih kepada anak itu, demikian pula Patrick. Kali ini dia tidak malu. Dia berani menatapku. Matanya tampak takut, seakan pertanyaan kami memojokkan dirinya. Tapi setelah bisa membaca beberapa tulisan, dia tampak bangga. Tak lama kemudia dia memanggil kakaknya. Dan sebuah “surprise” bagiku, “terima kasih Om” katanya dan dia berlari menghampiri kakaknya, menggandeng tangannya dan pergi dengan gembira hati.
Pengalamannya sederhana tapi menjadi begitu mengesankan bagiku karena berbagai perasaan yang muncul dalam sekejap. Senyumnya kecil tapi menghapus segala keraguan dan kegelisahan tentang dirinya. Kata orang, senyum itu ibadah. Ya, senyum menjadi sebuah ungkapan syukur paling sederhana atas rahmat yang diterima. Tersenyumlah dan tetap tersenyum. Sederhana tapi rasa syukur menjadi nyata. Tersenyumlah karena senyum menjadikan kasih Tuhan bisa dinikmati dan dinyatakan. Tersenyumlah, karena senyum itu indah.

11 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar