Senyum itu Indah
Hari ini
Romo Yoko merayakan ultahnya di wisma CPT. Maklum, para frater TOR sedang
probasi. Sepulang kuliah pertama, aku bersama dengan Patrick mencarikan sebuah
kado, rencananya sebuah sendal, di Mall Artha Gading. Sebuah pengalaman
sederhana terjadi pada kami. ketika sedang memarkir motor, seorang anak,
mungkin sekitar kelas 3 atau 4 SD, menghampiri dan menadahkan tangannya.
Tangannya yang mungil menantikan uluran tanganku dengan sedikit uang. Wajahnya
tertunduk lesu tanda malu. Tak lama kemudian, Patrick mengajaknya berbincang
sejenak. Kami bertanya beberapa hal. Dia meminta-minta bersama dengan kakaknya,
tidak sekolah karena tidak punya uang, sang ibu bekerja sebagai buruh cuci dan
hanya belajar di sebuah sekolah yang dibangun oleh sukarelawan. Kami minta anak
ini untuk membaca beberapa tulisan yang ada di motor dan ternyata dia lancar
untuk membaca bahasa indonesia.
Bagiku,
sulit sekali untuk menerima kenyataan bahwa setiap orang tidak bisa menikmati
banyak hal, seperti pendidikan, kesehatan, bahkan waktu bermain dengan teman
sebayanya. Hidup seperti anak ini sungguh keras. Di balik itu, hanya segelintir
orang yang memperhatikan anak-anak semacam ini. Aku bersyukur bahwa seminari
memberikan perhatian dengan pastoralnya di pedongkelan. Dulu aku mempertanyakan
ini, dimana Tuhan dalam hidup mereka? Adilkah ini semua bagi mereka? Atau hanya
aku saja yang memandang mereka rendah, seakan-akan hidupku lebih baik dari
mereka?
Kali ini aku
memberikan lebih kepada anak itu, demikian pula Patrick. Kali ini dia tidak
malu. Dia berani menatapku. Matanya tampak takut, seakan pertanyaan kami
memojokkan dirinya. Tapi setelah bisa membaca beberapa tulisan, dia tampak
bangga. Tak lama kemudia dia memanggil kakaknya. Dan sebuah “surprise” bagiku,
“terima kasih Om” katanya dan dia berlari menghampiri kakaknya, menggandeng
tangannya dan pergi dengan gembira hati.
Pengalamannya
sederhana tapi menjadi begitu mengesankan bagiku karena berbagai perasaan yang
muncul dalam sekejap. Senyumnya kecil tapi menghapus segala keraguan dan
kegelisahan tentang dirinya. Kata orang, senyum itu ibadah. Ya, senyum menjadi
sebuah ungkapan syukur paling sederhana atas rahmat yang diterima. Tersenyumlah
dan tetap tersenyum. Sederhana tapi rasa syukur menjadi nyata. Tersenyumlah
karena senyum menjadikan kasih Tuhan bisa dinikmati dan dinyatakan.
Tersenyumlah, karena senyum itu indah.
11 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar