Aku tahu kepada siapa aku berserah
“Mintalah
maka akan diberikan, carilah maka akan mendapat, ketoklah maka pintu dibukakan”
(Mat
7: 7-11)
Hari ini bacaan Injilnya
sungguh menarik bagiku. “Mintalah maka kamu akan diberikan kepadamu, caarilah
maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Dalam hal ini,
aku merasakan adanya suatu gradasi peningkatan penghayatan kepada Allah. Namun,
sebelum ke sana, aku tertarik dengan pengalaman belanja di Alfa tadi siang.
Bukan karena belanja di Alfa, tapi pengalaman belanja di Alfa menjemput
pengalaman jajan atau beli sesuatu di warung. Model supermarket membuat orang
terbiasa dengan self-service. Hal ini
berbeda kalau jajan di warung.
Sejak kecil sampai kemaren
liburan, aku selalu melakukan hal yang sama dan tidak berubah ketika jajan di
warung dekat rumah. Saat masuk warung, pasti orang akan teriak,
“beeelllliiii…..” siapa pun itu dan termasuk aku pasti akan melakukan hal yang
sama. Situasi yang berbeda tapi menarik untuk diliat. Seakan hal ini sudah
menjadi kode bersama kalau jajan di warung. Namun, hal ini menarik bagiku untuk
menemukan sesuatu dari Injil hari ini. Injil Matius menulisnya dengan judul Hal
Pengabulan Doa.
Tiga hal yang menurutku
berbeda. Pertama adalah meminta. Bagiku, meminta adalah tindakan pasif untuk
memohon sesuatu. Berbeda dengan yang kedua, yaitu mencari. Tindakan ini
mengandung keaktifan untuk mendapatkan sesuatu. Berbeda lagi dengan hal yang
ketiga, yaitu mengetuk. Ada satu hal yang menarik bagiku. Ketika seseorang
mengetok, dia pasti sudah tahu siapa yang akan dihadapinya. Ketika mengetok,
dia pasti sudah menyiapkan segalanya akan sesuatu yang akan terjadi. Mirip
seperti orang yang jajan di warung, dia akan berteriak sedikit dan kemudian
meminta benda yang akan akan dibelinya kepada sang empunya warung.
Bagiku, pengalaman berdoa
dan memohon kepada Allah perlu dilandasi dengan situasi hati seperti orang yang
akan jajan di warung. Kesulitan ketika memohon kepada Tuhan adalah karena Tuhan
tidak bisa dijumpai dengan mata lahiriah. Namun, pengalaman jajan di warung itu
mengajakku untuk merefleksikan iman kepada Allah. Ketika aku datang ke sebuah
warung, ada tiga hal yang sudah aku miliki, yaitu apa yang akan kubeli, kepada
siapa aku akan membeli dan bagaimana aku berkomunikasi. Ada suatu keyakinan
yang sudah ada dalam diriku dan mungkin setiap orang mengalami perasaan yang
sama.
Pengalaman berdoa dan
memohon memiliki kesamaan seperti itu. Pertama, apa yang akan dimohonkan, yaitu
permohonan. Kedua, bagaimana aku memohon adalah dengan berdoa. Hal yang ketiga
adalah yang paling sulit, yaitu yakin dan percaya kepada siapa aku memohon.
Injil kali ini mengajakku untuk memiliki keyakinan dan iman yang sungguh. Iman
yang teguh dan hati yang sungguh terarah kepada Allah. Mengetok menjadi simbol
dan pesan bagiku untuk semakin mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah. Aku
tahu kepada siapa aku berserah, dan saat itulah iman berbicara dalam hati.
Ketuklah dan aku tahu bahwa aku berserah dan bersyukur kepada Bapa.
18
Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar