Kamis, 14 Maret 2013

Belajar Pasrah



Aku tahu kepada siapa aku berserah

“Mintalah maka akan diberikan, carilah maka akan mendapat, ketoklah maka pintu dibukakan”
(Mat 7: 7-11)

Hari ini bacaan Injilnya sungguh menarik bagiku. “Mintalah maka kamu akan diberikan kepadamu, caarilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Dalam hal ini, aku merasakan adanya suatu gradasi peningkatan penghayatan kepada Allah. Namun, sebelum ke sana, aku tertarik dengan pengalaman belanja di Alfa tadi siang. Bukan karena belanja di Alfa, tapi pengalaman belanja di Alfa menjemput pengalaman jajan atau beli sesuatu di warung. Model supermarket membuat orang terbiasa dengan self-service. Hal ini berbeda kalau jajan di warung.
Sejak kecil sampai kemaren liburan, aku selalu melakukan hal yang sama dan tidak berubah ketika jajan di warung dekat rumah. Saat masuk warung, pasti orang akan teriak, “beeelllliiii…..” siapa pun itu dan termasuk aku pasti akan melakukan hal yang sama. Situasi yang berbeda tapi menarik untuk diliat. Seakan hal ini sudah menjadi kode bersama kalau jajan di warung. Namun, hal ini menarik bagiku untuk menemukan sesuatu dari Injil hari ini. Injil Matius menulisnya dengan judul Hal Pengabulan Doa.

Tiga hal yang menurutku berbeda. Pertama adalah meminta. Bagiku, meminta adalah tindakan pasif untuk memohon sesuatu. Berbeda dengan yang kedua, yaitu mencari. Tindakan ini mengandung keaktifan untuk mendapatkan sesuatu. Berbeda lagi dengan hal yang ketiga, yaitu mengetuk. Ada satu hal yang menarik bagiku. Ketika seseorang mengetok, dia pasti sudah tahu siapa yang akan dihadapinya. Ketika mengetok, dia pasti sudah menyiapkan segalanya akan sesuatu yang akan terjadi. Mirip seperti orang yang jajan di warung, dia akan berteriak sedikit dan kemudian meminta benda yang akan akan dibelinya kepada sang empunya warung.
Bagiku, pengalaman berdoa dan memohon kepada Allah perlu dilandasi dengan situasi hati seperti orang yang akan jajan di warung. Kesulitan ketika memohon kepada Tuhan adalah karena Tuhan tidak bisa dijumpai dengan mata lahiriah. Namun, pengalaman jajan di warung itu mengajakku untuk merefleksikan iman kepada Allah. Ketika aku datang ke sebuah warung, ada tiga hal yang sudah aku miliki, yaitu apa yang akan kubeli, kepada siapa aku akan membeli dan bagaimana aku berkomunikasi. Ada suatu keyakinan yang sudah ada dalam diriku dan mungkin setiap orang mengalami perasaan yang sama.
Pengalaman berdoa dan memohon memiliki kesamaan seperti itu. Pertama, apa yang akan dimohonkan, yaitu permohonan. Kedua, bagaimana aku memohon adalah dengan berdoa. Hal yang ketiga adalah yang paling sulit, yaitu yakin dan percaya kepada siapa aku memohon. Injil kali ini mengajakku untuk memiliki keyakinan dan iman yang sungguh. Iman yang teguh dan hati yang sungguh terarah kepada Allah. Mengetok menjadi simbol dan pesan bagiku untuk semakin mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah. Aku tahu kepada siapa aku berserah, dan saat itulah iman berbicara dalam hati. Ketuklah dan aku tahu bahwa aku berserah dan bersyukur kepada Bapa.
18 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar