Apalah
arti sebuah nama....
Nama
sebagai kekayaan hidup manusia yang terlupakan
Cowo : eneng orang terkenal yaa...??
Cewe : terkenal...maksudnya..??
Cowo : ini foto eneng banyak banget lho di
internet...
Cewe :ah masa...?? gimana caranya emas tau itu
saya...
Emang mas tau nama saya?
Cowo : saya nggak tau....
Cewe : trus mas tau darimana itu saya...??
Cowo : saya ketik aja “masa depanku”...
Eh yang keluar foto eneng.....
(inspired by:
sosishot)
Pepatah lama seringkali
menjadi pengantar suatu acara temu bersama. Kata pepatah, “tak kenal maka tak
sayang”. Tidak hanya itu, bagi mereka yang kasmaran dengan seseorang dengan
pandangan pertama, tentu sejuta usaha dikerahkan untuk mengetahui dan mengenal
orang yang dikaguminya. Bagi mereka yang memiliki tokoh idola, berbagai cara
dikerahkan untuk mengenal segala seluk beluk tokoh idolanya. Tidak
tanggung-tanggung, saking fanatiknya, seorang penggemar bisa tahu jam bangun,
makanan kesukaan, warna favorit, dan berbagai hal detail lainnya. Tapi,
bagaimana seseorang mampu mengenal satu dengan yang lain?
Apalah arti sebuah nama?
Mengapa setiap orang harus memiliki nama? Jika anda bisa menjawab pertanyaan
kedua, pastinya anda akan mengerti arti sebuah nama. Dalam tulisan sederhana
ini, saya ingin menunjukkan betapa manusia memiliki suatu kekayaan terpendam
yang termuat dibalik huruf-huruf namanya. Sadar tidak sadar, manusia memiliki
kekayaan yang disematkan sejak mereka lahir, bahkan sebelum lahir pun kekayaan
ini sudah direncanakan dengan begitu matang dalam balutan kasih dan pengharapan
orang tua.
Mungkin jawaban dari
pertanyaan kedua akan menghantar pada pertanyaan pertama yang bisa dikatakan
sebagai sebuah pertanyaan dasar. Kadang orang berkata demikian, apalah arti
sebuah nama. Pernyataan ini sungguh ambigu tingkat dewa. Apakah orang ini
mengerti dengan arti sebuah nama atau dia bertanya atau berusaha menantang atau
mengacuhkan nama atau tdak peduli dengan nama atau tidak tahu namanya sendiri
atau tidak menghormati orang lain atau........???? ada apa dibaliknya? mudah
saja, setiap orang pasti jengkel kalau namanya diganti. Setiap orang pasti
marah kalau namanya digunakan dengan tidak hormat. Bahkan, orang bisa menjadi
sangat amat marah kalau nama orang tua mereka dipermainkan pada tempat dan
situasi yang tidak tepat.
Apalah arti sebuah nama?
Disematkan sejak lahir namun tidak pernah disadari dengan sunguh dan penuh apa
itu nama. Nama yang telah menjadi penanda keunikan manusia satu dengan yang
lain. Anda yang membaca ini adalah manusia. Namun, bagaimana saya bisa
mengetahui bahwa anda dan saya berbeda? Tidak lain dan tidak bukan adalah
sebuah nama. Nama memberikan spesifikasi yang terang untuk setiap pribadi
manusia. Menjadi aneh apabila setiap orang dipanggil dengan sebutan manusia,
tentu yang terjadi setiap pribadi akan menoleh ke arah anda. Berbeda jika anda
memanggil teman anda dengan namanya, tentu orang tersebut akan segera menoleh
ke arah anda.
Dalam sebuah kesempatan,
ditengah liburan yang memenjarakan saya, maklum turun gunung langsung tidak
bisa jalan karena otot paha tegang semua, saya berusaha menggali satu kekayaan
yang dimiliki manusia pada umumnya. Kekayaan yang tampak biasa namun memiliki
harga yang tak ternilai. Ibarat sebuah bukit emas yang diselimuti tanah dan
pepohonan. Siapa sangka dibalik selimut alam itu terkandung timbunan emas.
Namun, bukan pekerjaan yang mudah untuk mendapatkan kilauan emas tersebut.
Demikian dengan kekayaan dalam hidup manusia. Ada begitu banyak hal namun tidak
bisa dirangkum semua dalam sebuah penggalian sejenak. Satu hal saja sudah
memberikan arti dan warna tersendiri dalam kanvas kehidupan manusia.
Kekayaan ini adalah nama. Setiap
orang punya nama. Hal terkecil yang dipersiapkan khusus. Hal sederhana yang
disematkan dalam hidup manusia. Sebelum jauh, saya ingin menunjukkan proses
pemberian nama yang berbeda antara nama setiap pribadi dengan nama benda atau
tempat. Proses pemberian nama ini akan menunjukkan betapa nama yang ada pada
manusia merupakan kekayaan bernilai yang kadang terkikis oleh sikap
ketidakpedulian manusia akan dirinya sendiri.
Tentang nama tempat, saya
teringat dengan nama beberapa tempat yang unik. Sebagai contoh, Pasar Minggu
merupakan nama tempat yang ada di daerah Jakarta Selatan. Menurut cerita, nama
Pasar Minggu ada karena pada jaman dulu, orang-orang sering berkumpul di lokasi
itu untuk melakukan transaksi layaknya sebuah pasar. Namun, kegiatan ini hanya
terjadi pada hari Minggu. Oleh karena itu, tempat itu dinamakan Pasar Minggu.
Beberapa tempat lain pun demikian pun demikian. Kampung rambutan yang sekarang
terkenal dengan terminal bus, padahal pada jaman dahulu dikenal sebagai daerah
perkampungan yang banyak menghasilkan buah rambutan. Nama diberikan kepada
suatu tempat menurut kebiasaan atau keunikan yang terjadi di tempat itu.
Sebagai pembanding, saya
tertarik dengan penjelasan nama cucu kedua presiden. Nama cucunya adalah
Airlangga Satriadhi Yudhoyono. Orang tua yang memberikan namanya, Ibas,
menjelaskan bahwa dengan nama ini, dia menginginkan agar anaknya seperti tokoh
Airlangga yang memiliki semangat juang tinggi. Satriadhi, dengan nama ini, Ibas
ingin agar anaknya memiliki jiwa ksatria yang baik. Yudhoyono, seperti nama
kakeknya, Ibas mengharapkan agar anaknya tetap berani menghadapi tantangan.
Proses pemberian nama
menunjukkan sesuatu menjadi berbeda. Tempat atau benda mendapatkan namanya
karena keunikkannya yang terlihat dan dirasakan sama oleh orang lain. Hal ini
bertolak belakang sekali dengan manusia. Apakah ada orang yang mendapatkan
namanya setelah dia hidup sepuluh tahun? Setiap manusia mendapatkan namanya
sejak mereka lahir bukan karena keunikannya tetapi justru karena manusia memang
unik. Pada dasarnya, setiap orang mendapatkan namanya ketika mereka lahir. Nama
tersebut diberikan oleh orang-orang yang mencintainya. Nama yang diberikan
bukanlah sekadar nama. Nama bukan sekadar label penanda bahwa saya berbeda
dengan orang lain. Di balik nama, ada suatu harapan yang disematkan ke dalam
hidup sang anak.
Namun, apakah nama hanya
sebuah harapan orang lain akan diri anaknya? Setiap nama memiliki arti dan kita
dapat bertanya kepada orang tua mengapa mereka memberikan nama itu. Apakah yang
hendak diinginkannya dengan nama tersebut? Karena sangat kecil kemungkinannya
orang tua memberikan nama tanpa sebuah arti dan harapan. Berangkat dari
kegelisahan ini, saya menemukan sesuatu yang menurut saya lebih dari sekadar
harapan dan arti. Bagi saya, nama mengandung suatu makna panggilan hidup yang
diberikan Tuhan.
Demikian yang terjadi pada
diri Santo Petrus. Petrus berarti batu karang. Mengapa batu karang? Batu karang
itu kuat dan kokoh untuk menjadi sebuah dasar. Lalu apakah Yesus memilih Petrus
hanya karena namanya itu? Menurut saya, tidak. Nama Petrus telah menjadi
panggilan Tuhan yang sudah ada dalam dirinya sejak lahir. Bagi saya,
pertanyaannya adalah bagaimana memaknai nama sebagai panggilan Tuhan? Dalam
permenungan, saya menemukan bahwa nama tidak lepas dari pengalaman hidup
sehari-hari. Jejak hidup keseharian secara tidak sadar membentuk pribadi orang
seturut namanya. Pengalaman Petrus bersama Yesus bukanlah suatu hidup bersama
sebagai komunitas semata. Jauh lebih dari itu, Petrus sedang dibentuk Yesus
seturut namanya. “Apakah engkau mengasihi Aku?” dan Petrus menjawab “benar
Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau”. Dialog ini singkat namun
seakan merangkum segala pengalaman Petrus. Dan, di sinilah panggilan hidup
Petrus menjadi jelas, “gembalakanlah domba-domba-Ku” kata Yesus. Pengalaman
yang sama dialami oleh para murid lainnya.
Sadar tidak sadar, hal yang
serupa juga terjadi dalam hidup anda dan saya. Kita memiliki nama yang telah
menjadi identitas dasariah bagi setiap pribadi. Dengan nama, setiap pribadi
menunjukkan perbedaan dan keunikannya. Namun, namu bukanlah sekadar nama.
Apalah arti sebuah nama? Nama hanyalah sebuah permukaan tanah coklat yang kalau
tidak digali kita tidak akan pernah menemukan kilauan nama itu bagaikan kilauan
emas. Nama sebagai sebuah kekayaan hidup perlu senantiasa digali. Apa makna
yang terkandung dibalik nama kita?
Jauh daripada itu, nama
membawa kita pada kekayaan rohani yang mendalam bahwa didalam nama telah diselipkan
jejak panggilan hidup Tuhan. Rencana Tuhan telah ditanam sejak hari kelahiran. Hal
ini dipupuk lewat berbagai pengalaman hidup yang pastinya tidak pernah jauh
dari harapan dan kasih Tuhan. Tugas manusia tinggal memelihara dan merawatnya.
Dibalik nama ada harapan.
Dibalik nama ada panggilan. Dibalik nama ada Tuhan.
Lewat nama harapan jadi
nyata. Lewat nama panggilan bersemi. Lewat nama Tuhan berkata.
Karena nama harapan tetap
ada. Karena nama panggilan merekah. Karena nama Tuhan bangga.
Nama. Sebuah anugerah pertama
dalam hidup manusia.
Nama. Sebuah misteri
panggilan hidup dalam Tuhan
Sebuah
syukur atas hadiah pertama dalam hidup
Sebuah
pencarian jalan hidup dalam Tuhan
Sebuah
harapan dalam penantian
Fr.
Ambrosius Lolong
Wisma
Cempaka Putih Timur
11
Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar