Minggu, 10 Maret 2013

Wanita Berkerudung



“Sebuah Kekaguman Hati”
Tak terbendung dan tak terlukiskan sempurna

Kebahagiaan bukan kebohongan
Khan kubuktikan semuanya padamu
Bahwa diriku tlah banyak berubah….Karena diri Mu
Kepercayaan kunci kemenangan
Khan kutuliskan di dalam ingatan
Memberikan sinar kekuatan……Hingga kutegar
(ost. Kartun Shoot)

Bukan sebuah kebetulan akhir-akhir ini aku bernostalgia dengan lagu-lagu film kartun di masa kecil. Suatu yang tidak terduga di dalam syair lagunya, ada nilai yang coba disampaikan dan mungkin anak kecil tidak menyadarinya. Yang penting lagunya enak di dengar dan memberikan semangat menonton. Tapi tidak bagiku sekarang ini, ternyata, di baliknya ada sesuatu yang hendak diajarkan dan disampaikan. Sebuah refleksi hidup yang dikemas dan dibalut dalam rangkaian nada. Terngiang dalam pikiran dan hati penggalan lagu di atas yang dipadukan dengan sosok wanita yang aku kagumi sepanjang hayat. Seorang wanita yang diselimuti jubah dan kerudung putih dengan mantol biru. Wajah berseri dan memberikan keteduhan cinta yang mendalam. Setidaknya, itu gambaran yang dalam benakku, karena tiap saat aku duduk di meja belajarku, aku selalu menatapnya dan berdoa kepadanya.
Perkenalkanlah, namanya Maria.
Siapa pun tahu sosok ini. Dia adalah wanita fenomenal yang dihormati sepanjang segala abad. Dia bunda Tuhanku yang tidak diragukan lagi kesetiaannya. Entah mengapa hari ini aku begitu merindukan dirinya. Maklum telah sekian lama aku tak lagi bersua dengan dirinya dalam suatu waktu. Dulu aku sering dan rutin, namun entah mengapa satu semester ini, aku jarang sekali menyapa dirinya. Namun, hari ini, sosoknya begitu menyemangati hariku. Gairahnya membawaku pada ruang dan waktu yang berbeda dalam kamarku. Bermandi imajinasi dalam ketenangan di antara kesibukan yang ada dan tiada.
Lihatlah wajahnya.

Seumur hidup, aku belum pernah menjumpai patung yang menggambarkan dirinya dalam kemurungan. Bahkan ketika dirinya harus memangku Sang Putra, tak terlukis wajahnya yang diliputi ketakutan dan kecemasan. Sedih ya, tapi takut tidak. Tatapan matanya memberikan keteduhan yang mendalam, bagai gerimis di malam hari. sejuk, tenang, teduh entahlah, yang pasti tatapannya menyampaikan sapaan yang menyentuh di hati. Senyumnya, oh senyum yang tak terlukiskan rasanya. Tanda sebuah kebahagiaan telah diterimanya sejak kunjungan Gabriel di rumahnya.
Lihatlah jubahnya.
Sekian model tentang dirinya diungkapkan begitu mesra. Tanda suatu keintiman orang yang mencontoh dirinya. Asia, afrika, amerika, eropa memiliki gaya tersendiri untuk mengungkapkan dirinya. Asia sendiri memiliki model yang khas untuk daerah tertentu. Namun, di antara sekian gambaran tentang dirinya, bagiku, jubah putih yang mendekap tubuhnya, kerudung putih yang menaunginya dan mantol biru yang melindunginya adalah perpaduan yang mengena di hati. Betapa kemurnian hidupnya dibalut dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Di tambah dengan aura kedamaian, warna biru tenang, bagai laut biru yang tak pernah terselami iman kepercayaannya kepada Dia yang telah mengubah hidupnya.
Lihatlah tangan dan kakinya.
Tangan sang Bunda terbuka lebar. Telapak tangan yang mengarah pada diriku, tampak kerinduan yang mendalam untuk menggandeng tanganku untuk berjalan bersamanya. Seperti Yesus yang membuka tangannya kepada Thomas ketika Thomas tidak percaya. Seperti ibuku yang mencari dan menjemputku pulang ketika sore hari aku belum pulang ke rumah. Sebuah harapan agar aku menjabat tangan yang halus dan lembut. Dia yang menjagaku dari si jahat. Yang setiap kali menggodaku untuk malas dan berbuat jahat. Kaki yang lembut bukanlah kaki yang lemah dan tak bercacat. Ribuan kilo ditempuhnya berjalan untuk menjaga Putranya. Dan sekarang, dia menjagaku, juga kalian. Betapa kepala sang ular telah remuk oleh kakinya. Sebuah tebusan atas kekhilafan Hawa di taman Eden, ketika sang ular memperdaya. Dan kini, sebuah wanita baru yang diterangi dengan kekuatan yang tak seorang pun tak tersungkur kepadanya.
Lihatlah hatinya.
Hati yang berserah dengan tulus. Sebuah penyerahan tak bersyarat. Entah apa yang ada dalam benak dan hatinya ketika menyerahkan diri secara utuh. Begitu berat beban yang dirasakannya. Sekian juta kecemasan mungkin bergumul dalam tubuh manusianya yang rentan. Mungkin juga, bergulat di dalam hati. Rasa itu selalu ada dalam hatiku. Membuat gelora di setiap langkahnya. Memberikan semangat di setiap hembus nafas hari-harinya. Tapi, ketika hatinya tertuju hanya pada Dia, sekalipun terluka dan tertancap pedang penderitaan, sekali melangkah tetap melangkah dan bangkit lagi ketika terjatuh. Rangkaian mawar telah melingkar di hatinya yang merah merekah. Tertancap durinya, tapi indah dan bahagia dalam rangkaian warna-warni mawar.
Dari itu semua, siapa itu maria?bagiku dan kamu, mungkin berbeda. Tapi, dia adalah bukti. Bahwa, kebahagiaan bukanlah sebuah kebohongan.  Dan telah dibuktikan semuanya, sampai pada detik dimana dirinya dimahkotai di surga. Dirinya telah banyak berubah dan diubah oleh Dia yang punya kuasa untuk mengubah hidup manusia. Bahkan mengubah kematiaan menjadi kebangkitan. Satu hal, kepercayaan adalah kunci kemenangan hidupnya. Memang bukan suatu pertandingan tapi mahkota surgawi telah melekat di kepalanya. Tertulis dalam ingatan, bahkan ‘disembunyikan’ dalam hatinya yang mungil. Hati yang kecil dengan sejuta kerahasiaan ilahi yang tak terkirakan dan tak terlukiskan. Namun, itu yang menjadi sinar kekuatan dalam hidup hingga ketegaran menjadi penopang hidup hingga akhir hayat.


Fr. Ambrosius Lolong
Cempaka Putih Timur
08 desember 2012

Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa
Untuk Bunda yang memberi teladan hidupku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar