“Sebuah Kekaguman Hati”
Tak terbendung dan tak terlukiskan sempurna
Kebahagiaan bukan kebohongan
Khan kubuktikan semuanya padamu
Bahwa diriku tlah banyak berubah….Karena
diri Mu
Kepercayaan kunci kemenangan
Khan kutuliskan di dalam ingatan
Memberikan sinar kekuatan……Hingga kutegar
(ost. Kartun Shoot)
Bukan
sebuah kebetulan akhir-akhir ini aku bernostalgia dengan lagu-lagu film kartun
di masa kecil. Suatu yang tidak terduga di dalam syair lagunya, ada nilai yang
coba disampaikan dan mungkin anak kecil tidak menyadarinya. Yang penting
lagunya enak di dengar dan memberikan semangat menonton. Tapi tidak bagiku
sekarang ini, ternyata, di baliknya ada sesuatu yang hendak diajarkan dan disampaikan.
Sebuah refleksi hidup yang dikemas dan dibalut dalam rangkaian nada. Terngiang
dalam pikiran dan hati penggalan lagu di atas yang dipadukan dengan sosok
wanita yang aku kagumi sepanjang hayat. Seorang wanita yang diselimuti jubah
dan kerudung putih dengan mantol biru. Wajah berseri dan memberikan keteduhan
cinta yang mendalam. Setidaknya, itu gambaran yang dalam benakku, karena tiap
saat aku duduk di meja belajarku, aku selalu menatapnya dan berdoa kepadanya.
Perkenalkanlah,
namanya Maria.
Siapa
pun tahu sosok ini. Dia adalah wanita fenomenal yang dihormati sepanjang segala
abad. Dia bunda Tuhanku yang tidak diragukan lagi kesetiaannya. Entah mengapa
hari ini aku begitu merindukan dirinya. Maklum telah sekian lama aku tak lagi
bersua dengan dirinya dalam suatu waktu. Dulu aku sering dan rutin, namun entah
mengapa satu semester ini, aku jarang sekali menyapa dirinya. Namun, hari ini,
sosoknya begitu menyemangati hariku. Gairahnya membawaku pada ruang dan waktu
yang berbeda dalam kamarku. Bermandi imajinasi dalam ketenangan di antara
kesibukan yang ada dan tiada.
Lihatlah
wajahnya.
Seumur
hidup, aku belum pernah menjumpai patung yang menggambarkan dirinya dalam
kemurungan. Bahkan ketika dirinya harus memangku Sang Putra, tak terlukis
wajahnya yang diliputi ketakutan dan kecemasan. Sedih ya, tapi takut tidak.
Tatapan matanya memberikan keteduhan yang mendalam, bagai gerimis di malam
hari. sejuk, tenang, teduh entahlah, yang pasti tatapannya menyampaikan sapaan
yang menyentuh di hati. Senyumnya, oh senyum yang tak terlukiskan rasanya.
Tanda sebuah kebahagiaan telah diterimanya sejak kunjungan Gabriel di rumahnya.
Lihatlah
jubahnya.
Sekian
model tentang dirinya diungkapkan begitu mesra. Tanda suatu keintiman orang
yang mencontoh dirinya. Asia, afrika, amerika, eropa memiliki gaya tersendiri
untuk mengungkapkan dirinya. Asia sendiri memiliki model yang khas untuk daerah
tertentu. Namun, di antara sekian gambaran tentang dirinya, bagiku, jubah putih
yang mendekap tubuhnya, kerudung putih yang menaunginya dan mantol biru yang
melindunginya adalah perpaduan yang mengena di hati. Betapa kemurnian hidupnya
dibalut dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Di tambah dengan aura
kedamaian, warna biru tenang, bagai laut biru yang tak pernah terselami iman
kepercayaannya kepada Dia yang telah mengubah hidupnya.
Lihatlah
tangan dan kakinya.
Tangan
sang Bunda terbuka lebar. Telapak tangan yang mengarah pada diriku, tampak
kerinduan yang mendalam untuk menggandeng tanganku untuk berjalan bersamanya.
Seperti Yesus yang membuka tangannya kepada Thomas ketika Thomas tidak percaya.
Seperti ibuku yang mencari dan menjemputku pulang ketika sore hari aku belum
pulang ke rumah. Sebuah harapan agar aku menjabat tangan yang halus dan lembut.
Dia yang menjagaku dari si jahat. Yang setiap kali menggodaku untuk malas dan
berbuat jahat. Kaki yang lembut bukanlah kaki yang lemah dan tak bercacat.
Ribuan kilo ditempuhnya berjalan untuk menjaga Putranya. Dan sekarang, dia
menjagaku, juga kalian. Betapa kepala sang ular telah remuk oleh kakinya.
Sebuah tebusan atas kekhilafan Hawa di taman Eden, ketika sang ular memperdaya.
Dan kini, sebuah wanita baru yang diterangi dengan kekuatan yang tak seorang
pun tak tersungkur kepadanya.
Lihatlah
hatinya.
Hati
yang berserah dengan tulus. Sebuah penyerahan tak bersyarat. Entah apa yang ada
dalam benak dan hatinya ketika menyerahkan diri secara utuh. Begitu berat beban
yang dirasakannya. Sekian juta kecemasan mungkin bergumul dalam tubuh
manusianya yang rentan. Mungkin juga, bergulat di dalam hati. Rasa itu selalu
ada dalam hatiku. Membuat gelora di setiap langkahnya. Memberikan semangat di
setiap hembus nafas hari-harinya. Tapi, ketika hatinya tertuju hanya pada Dia,
sekalipun terluka dan tertancap pedang penderitaan, sekali melangkah tetap
melangkah dan bangkit lagi ketika terjatuh. Rangkaian mawar telah melingkar di
hatinya yang merah merekah. Tertancap durinya, tapi indah dan bahagia dalam
rangkaian warna-warni mawar.
Dari
itu semua, siapa itu maria?bagiku dan kamu, mungkin berbeda. Tapi, dia adalah
bukti. Bahwa, kebahagiaan bukanlah sebuah kebohongan. Dan telah dibuktikan semuanya, sampai pada
detik dimana dirinya dimahkotai di surga. Dirinya telah banyak berubah dan
diubah oleh Dia yang punya kuasa untuk mengubah hidup manusia. Bahkan mengubah
kematiaan menjadi kebangkitan. Satu hal, kepercayaan adalah kunci kemenangan
hidupnya. Memang bukan suatu pertandingan tapi mahkota surgawi telah melekat di
kepalanya. Tertulis dalam ingatan, bahkan ‘disembunyikan’ dalam hatinya yang
mungil. Hati yang kecil dengan sejuta kerahasiaan ilahi yang tak terkirakan dan
tak terlukiskan. Namun, itu yang menjadi sinar kekuatan dalam hidup hingga
ketegaran menjadi penopang hidup hingga akhir hayat.
Fr. Ambrosius Lolong
Cempaka Putih Timur
08 desember 2012
Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa
Untuk Bunda yang memberi teladan hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar