Termenung dalam Rahim
“Mbros,
selamat tahun baru….”
“kok
tahun baru ma….”
“hehehe…oiya
salah ya, selamat ulang tahun…
Sekaligus
tahun baru untuk umur yang baru…”
(ucapan
ultah dari mama-via telpon)
Sekian waktu telah
berlalu,
ia berlari di depanku dan
aku sering tak menyadarinya
hingga aku termenung sendu
di hari aku dilahirkan….
Aku termenung dalam ruang
tersembunyi…
Dunia pun tak tahu….dalam
rahim
Aku duduk termenung menanti
detik mengganti dan merobek hari ini. Aku berkata, datanglah esok karena aku
begitu merindukan dirimu. Esok yang kunantikan mungkin tidak istimewa bagi
orang lain. Esok yang kunantikan adalah sesuatu yang berharga bagiku dan
keseluruhan hidupku. Entah bagaimana aku merindukan esok karena esoknya
kutunggu tidak sama dengan esok pada umumnya. Semakin kumenunggu, semakin aku
resah karena detik mulai memperlambat langkah kakinya….
Mengapa kau menyiksa diriku
demikian? Berlarilah lebih cepat karena hari yang kutunggu sudah didepan mata.
Aku tidak bisa menggapainya. Aku tidak bisa merengkuhnya. Aku tidak bisa
menggenggamnya. Ketahuilah hai waktu, denganmu-lah aku bisa bertemu dengan sang
Hari. hanyamu-lah yang bisa membawa aku kepadanya dan kemudian memadukan kasih
dan kenangan. Tapi, aku tidak pernah memaksa waktu. Dia konsisten dan setia
dengan persistensi pada dirinya sendiri. waktu ini kunikmati, waktu ini
kusadari dan aku menemukan berharganya harta terpendam dalam satu hari, hari
ulang tahunku. Ya, dia adalah hari ulang tahunku, hari yang punya makna dalam
hidupku.
Dia adalah awal sejarah hidupku
Terkungkung diriku dalam
suatu ruang. Tergeletak lemah diriku didalamnya. Terkulai kaki hingga tak mampu
aku berdiri tegap seperti sekarang. Tertunduk kepalaku bahkan aku menikmatinya.
Apa aku mengenal malam?pagi?siang?waktu makan?waktu mandi?tak pernah aku
mengenal waktu sekalipun, menurut kesaksian ibuku, aku hidup bersamanya selama
sembilan bulan. Tapi, aku tidak mengenal waktu berangkat sekolah?waktu
bermain?waktu les, dll. Yang aku tahu adalah 6 november 1988. Ya, itulah hari
kelahiranku, hari di mana aku mulai menapaki sejarah hidupku hingga kini.
Itulah awalnya.
Dia adalah tabir yang terkoyak
Sinar terang terpancar dari
seberang sana. Mataku terkesiap dan terpenjam dalam sesaat. Betapa perih cahaya
itu sehingga membuatku menutup mataku. Sekelebat waktu aku terhempas dari
tempat hangat yang menaungi. Tempat yang memberikan kenyamanan. Tempat yang
menjaga dengan kehangatan kasih. Terkoyak tabir tipisnya dan aku menangis.
Tidak lagi hangat dan tidak lagi nyaman. Begitu terang dan kini aku sendiri.
itulah mengapa aku menangis kala itu. Hari itukelahiranku, hari itu adalah saat
rahim ibu yang aku cintai terkoyak. Kelahiranku adalah hilangnya rahim yang
merangkulku.
Dia adalah dunia yang baru
Sebelumnya gelap. Aku tidak
dapat melihat apa pun. Yang aku tahu, aku senantiasa tidur dalam ruang gelap
yang memberikan kehangatan. Aku begitu menikmatinya hingga tak pernah sadarkan
diri. Bahkan ketika aku menulis ini pun aku berada dalam khayalanku. Ya, itu
adalah dunia khayalanku. Aku tidak dapat merasakan sesuatu apa pun kala itu.
Katanya sembilan bulan. Tapi tidak satu dari hari-hari dalam bulan-bulan itu
yang aku ingat. Rahim itu dunia gelap, pra kesadaranku dan segala
ketidaktahuanku. Sampai tiba hari dimana aku memulai rangkaian jejak sejarah.
Hari kelahiranku, hari aku menemukan dunia baru, hari yang akan selalu aku
kenang setiap jengkal tahunnya.
Sekian waktu telah berlalu.
Kian banyak pengalaman dan nilai yang hinggap. Aku tidak pernah meminta. Aku
tidak pernah memohon. Tapi, inilah hidup bahwa aku diberikan begitu banyak
kekayaan hidup. Bukan tanpa sebab aku bisa berdiri tegap di umurku yang kedua
puluh empat ini. Semua berawal dari suatu ruang yang tersembunyi dari dunia.
Ruang hangat nan gelap. Ruang yang lemah, terbuat dari halusnya setuhan kasih
tanpa penjaga. Ruang tanpa kesadaran namun penuh cinta. Itulah rahim. Termenung
sejenak aku dalam rahim. Rahim ibuku, ibu yang aku cinta, ibu yang aku hargai.
Untuk Rahim yang mengasihiku
Veronica Endang Hardiyati
My lovely mom
Cempaka Putih Timur
06 November 2012
Fr. Ambrosius Lolong
Perayaan Ultah ke-24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar