Minggu, 10 Maret 2013

Ulang Tahun Ku



Termenung dalam Rahim

“Mbros, selamat tahun baru….”
“kok tahun baru ma….”
“hehehe…oiya salah ya, selamat ulang tahun…
Sekaligus tahun baru untuk umur yang baru…”
(ucapan ultah dari mama-via telpon)

Sekian waktu telah berlalu,
ia berlari di depanku dan aku sering tak menyadarinya
hingga aku termenung sendu di hari aku dilahirkan….
Aku termenung dalam ruang tersembunyi…
Dunia pun tak tahu….dalam rahim

Aku duduk termenung menanti detik mengganti dan merobek hari ini. Aku berkata, datanglah esok karena aku begitu merindukan dirimu. Esok yang kunantikan mungkin tidak istimewa bagi orang lain. Esok yang kunantikan adalah sesuatu yang berharga bagiku dan keseluruhan hidupku. Entah bagaimana aku merindukan esok karena esoknya kutunggu tidak sama dengan esok pada umumnya. Semakin kumenunggu, semakin aku resah karena detik mulai memperlambat langkah kakinya….

Mengapa kau menyiksa diriku demikian? Berlarilah lebih cepat karena hari yang kutunggu sudah didepan mata. Aku tidak bisa menggapainya. Aku tidak bisa merengkuhnya. Aku tidak bisa menggenggamnya. Ketahuilah hai waktu, denganmu-lah aku bisa bertemu dengan sang Hari. hanyamu-lah yang bisa membawa aku kepadanya dan kemudian memadukan kasih dan kenangan. Tapi, aku tidak pernah memaksa waktu. Dia konsisten dan setia dengan persistensi pada dirinya sendiri. waktu ini kunikmati, waktu ini kusadari dan aku menemukan berharganya harta terpendam dalam satu hari, hari ulang tahunku. Ya, dia adalah hari ulang tahunku, hari yang punya makna dalam hidupku.


Dia adalah awal sejarah hidupku
Terkungkung diriku dalam suatu ruang. Tergeletak lemah diriku didalamnya. Terkulai kaki hingga tak mampu aku berdiri tegap seperti sekarang. Tertunduk kepalaku bahkan aku menikmatinya. Apa aku mengenal malam?pagi?siang?waktu makan?waktu mandi?tak pernah aku mengenal waktu sekalipun, menurut kesaksian ibuku, aku hidup bersamanya selama sembilan bulan. Tapi, aku tidak mengenal waktu berangkat sekolah?waktu bermain?waktu les, dll. Yang aku tahu adalah 6 november 1988. Ya, itulah hari kelahiranku, hari di mana aku mulai menapaki sejarah hidupku hingga kini. Itulah awalnya.

Dia adalah tabir yang terkoyak
Sinar terang terpancar dari seberang sana. Mataku terkesiap dan terpenjam dalam sesaat. Betapa perih cahaya itu sehingga membuatku menutup mataku. Sekelebat waktu aku terhempas dari tempat hangat yang menaungi. Tempat yang memberikan kenyamanan. Tempat yang menjaga dengan kehangatan kasih. Terkoyak tabir tipisnya dan aku menangis. Tidak lagi hangat dan tidak lagi nyaman. Begitu terang dan kini aku sendiri. itulah mengapa aku menangis kala itu. Hari itukelahiranku, hari itu adalah saat rahim ibu yang aku cintai terkoyak. Kelahiranku adalah hilangnya rahim yang merangkulku.

Dia adalah dunia yang baru
Sebelumnya gelap. Aku tidak dapat melihat apa pun. Yang aku tahu, aku senantiasa tidur dalam ruang gelap yang memberikan kehangatan. Aku begitu menikmatinya hingga tak pernah sadarkan diri. Bahkan ketika aku menulis ini pun aku berada dalam khayalanku. Ya, itu adalah dunia khayalanku. Aku tidak dapat merasakan sesuatu apa pun kala itu. Katanya sembilan bulan. Tapi tidak satu dari hari-hari dalam bulan-bulan itu yang aku ingat. Rahim itu dunia gelap, pra kesadaranku dan segala ketidaktahuanku. Sampai tiba hari dimana aku memulai rangkaian jejak sejarah. Hari kelahiranku, hari aku menemukan dunia baru, hari yang akan selalu aku kenang setiap jengkal tahunnya.

Sekian waktu telah berlalu. Kian banyak pengalaman dan nilai yang hinggap. Aku tidak pernah meminta. Aku tidak pernah memohon. Tapi, inilah hidup bahwa aku diberikan begitu banyak kekayaan hidup. Bukan tanpa sebab aku bisa berdiri tegap di umurku yang kedua puluh empat ini. Semua berawal dari suatu ruang yang tersembunyi dari dunia. Ruang hangat nan gelap. Ruang yang lemah, terbuat dari halusnya setuhan kasih tanpa penjaga. Ruang tanpa kesadaran namun penuh cinta. Itulah rahim. Termenung sejenak aku dalam rahim. Rahim ibuku, ibu yang aku cinta, ibu yang aku hargai.


Untuk Rahim yang mengasihiku
Veronica Endang Hardiyati
My lovely mom

Cempaka Putih Timur
06 November 2012

Fr. Ambrosius Lolong
Perayaan Ultah ke-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar