Ritus Baptis Gereja Katolik
Sebuah perbandingan ritus baptis berdasarkan
kotbah St. Ambrosius
dengan praktek ritus baptis dewasa ini
A. Pengantar
Sakramen
Baptis merupakan salah satu sakramen di dalam Gereja Katolik. Sakramen ini juga
dikatakan sebagai sakramen inisiasi. Hal ini dikarenakan bahwa melalui sakramen
ini, umat beriman diantar masuk ke dalam persekutuan umat yang beriman pada
Yesus Kristus. Selain diterima sebagai anggota baru, para calon baptis juga
diajak masuk pada suatu kehidupan baru di mana Kristus menjadi panutan
utamanya. Mereka yang menerima baptis juga mendapat jaminan akan kehidupan
kekal.
Segala
makna yang terkadung dalam pembaptisan dapat kita temukan dalam ritus baptis
itu sendiri. Namun, seiring perkembangan Gereja sejak awal sampai dengan
sekarang, ritus baptis mengalami beberapa perubahan. Melalui paper ini, saya
ingin menunjukkan bahwa ritus baptis mengalami perubahan. Dasarnya adalah kotbah
St. Ambrosius tentang Sakramen Baptis sebagai gambaran ritus baptis pada
jamannya. Kemudian, saya membandingkan dengan ritus baptis yang ada di Paroki
Kalvari, Lubang Buaya sebagai gambaran ritus baptis Gereja Katolik dewasa ini.
B. Ritus
Baptis menurut Kotbah Santo Ambrosius
Berdasarkan teks kotbah St.
Ambrosius tentang Sakramen Baptis, saya mencoba menangkap gambaran ritus baptis
pada jaman itu. Adapun rangkaian ritus tersebut sebagai berikut:
1.
Pembukaan (Opening)
Ritus baptis dimulai dengan sebuah pembukaan. Calon
baptis berdiri di hadapan imam. Kemudian, imam menyentuh mulut dan telinga
calon baptis. Imam berkata “ephpheta” (efata) yang artinya terbukalah.
Ritus ini didasarkan pada Kitab Suci, yaitu peristiwa Yesus yang menyembuhkan
orang bisu dan tuli. Telinga calon baptis disentuh oleh imam dengan maksud
bahwa calon baptis terbuka akan sabda dan homili dari imam. Mulut calon baptis
disentuh dengan maksud bahwa calon baptis menerima kekuatan untuk berkata-kata.
Dengan demikian, pembukaan ini dimaksudkan untuk menyiapkan para calon baptis
agar layak memasuki ritus baptis selanjutnya.
2.
Pengurapan Minyak
Selanjutnya, calon baptis berjalan menuju “baptistery”.
Di sana, calon baptis berhadapan dengan imam dan diakon. Pada bagian ini,
diakon menerima calon baptis dan calon baptis mendekat dengan keadaan telanjang[1]. Kemudian,
diakon akan meminyaki tubuh calon baptis. Maksud ritus ini adalah, sebagaimana
atlit diminyaki sehingga siap untuk pertandingan gulat, calon baptis dilumuri
minyak sebagai tanda bahwa dia siap untuk bergulat dan bergumul di tengah
dunia.
3.
Penolakan Dosa
Selanjutnya, calon baptis menyatakan penolakannya
terhadap setan. Calon baptis berdiri menghadap ke arah barat dan menyatakan
penolakannya dengan suatu pernyataan. Pernyataan ini menyangkut dua hal
penting, yaitu, pertama, calon baptis menolak setan serta pekerjaannya dan,
kedua, calon baptis menolak dunia serta segala kesenangannya. Hal ini dilakukan
sebagai janji setia yang memberikan keselamatan di surga.
4.
Air dan Doa atas Air (Pemberkatan Air)
Setalah itu, calon baptis mendekati suatu bak berisi
air. Air digunakan sebagai sarana dan simbol dalam upacara baptis. Air yang
digunakan dalam baptis diyakini memiliki kekuatan yang luar biasa. Dengan air, Tuhan
mau membawa manusia dari dosa pada kehidupan, dari kegelisahan pada rahmat,
dari ketercelaan pada kesucian. Kekuatan spiritual dalam air ini diperoleh
berkat doa atas air yang dilakukan oleh imam. Imam menyucikan air dengan
memohon Roh Kudus untuk turun atas air tersebut. Rumusan yang digunakan adalah “we
humbly ask that he would graciously bless this creature that is water”.
Pemberkatan ini diucapkan oleh imam sambil membuat salib di atas air. Pemberkatan
ini memiliki dua makna, yakni tindakan penyelamatan Allah melalui air yang
dimohonkan dan mohon turunnya Roh Kudus agar menyucikan air.
5.
Pembaptisan
Selanjutnya, calon baptis masuk ke dalam air. Ritus
pembaptisan dilakukan dengan menenggelamkan calon baptis ke dalam air sebanyak
tiga kali. Sebelum calon baptis ditenggelamkan, calon baptis akan ditanya
terlebih dahulu. Jalannya pembaptisan seperti ini: Pertama, calon baptis akan
ditanya “apakah kamu percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa?” dan calon baptis
akan menjawab, “ya, aku percaya.” lalu calon baptis ditenggelamkan ke dalam air
untuk pertama kali. Lalu, calon baptis akan ditanya lagi, “apakah kamu percaya
akan Tuhan Yesus Kristus dan salib-Nya?” dan calon baptis akan menjawab, “Ya,
aku percaya”. Lalu, calon baptis ditenggelamkan untuk kedua kalinya. Lalu,
calon baptis akan ditanya untuk ketiga kalinya, “apakah kamu juga percaya kan
Roh Kudus?” dan calon baptis akan menjawab, “Ya aku percaya”.
6.
Pengurapan Minyak Krisma
Setelah itu, calon baptis keluar dari air dan mendekat
pada imam. Lalu imam menandai dengan minyak suci dan akan mengatakan, “Allah
Bapa yang mahakuasa yang telah membawa kamu pada kelahiran baru melalui air dan
Roh Kudus, dan telah menghapus dosa-dosamu, dirinya menghantar kamu pada hidup
kekal”. Imam menegaskan bahwa melalu baptis, calon baptis sudah ditandai
dengan janji keselamatan, suatu kehidupan kekal. Calon baptis dinobatkan dalam
tugas sebagai imam, raja dan nabi.
7.
Pencucian Kaki
Setelah itu, calon baptis mendengarkan pembacaan Kitab
Suci. Bacaan yang mereka dengar yaitu tentang kisah pembasuhan kaki. Setelah
pembacaan selesai, imam mengenakan celemek dan membasuh kaki calon baptis. Hal
ini mengandung unsur pengajaran bahwa calon baptis harus mengikuti teladang
Yesus dengan bersikap rendah hati dan mau melayani sesama.
8.
Berkat Roh Kudus
Upacara ini dilengkapi dengan berkat dari Roh Kudus. Hal
ini terjadi ketika berkat ini dimohonkan oleh imam. Calon baptis akan mendapat
karunia buah-buah roh, tujuh keutamaan roh. Tujuh keutamaan inilah yang
diyakini sebagai dasar agar bisa dekat dengan Tuhan.
9.
Persekutuan dalam Ekaristi
Setelah itu, calon baptis semakin mendekati Altar.
Mereka diperkenankan menatap dan mengikuti perjamuan Ekaristi. Sekarang, mereka
tidak hanya sekadar melihat saja tetapi juga merasakan pengalaman spiritual
untuk mengerti iman yang mereka lihat dalam perjamuan Ekaristi.
10. Pengenaan
Pakaian Baptis
Setelah itu, para baptisan baru mengenakan pakaian
putih. Ini merupakan lambang kesucian bahwa mereka telah dikuduskan dan
menerima janji kehidupan kekal. Setelah itu, mereka diperkenankan untuk
melanjutkan tata perayaan syukur ini dan terlibat di dalamnya.
C. Ritus
Baptis Dewasa Paroki Kalvari Lubang Buaya
Dalam perkembangan Gereja, ritus
baptis mengalami beberapa perubahan. Sebagai perbandingannya, saya menyajikan
Liturgi Pembaptisan Dewasa (di luar misa) Paroki Kalvari, Lubang Buaya. Adapun
susunan liturgi pembaptisan ini sebagai berikut:
I. Pembukaan
Liturgi
dimulai dengan tanda salib dan pengantar dari imam. Setelah itu, calon baptis
dipanggil satu persatu. Mereka yang dipanggil segera berdiri dan menjawab
dengan tegas “saya hadir”. Mereka tetap berdiri dan kemudian imam bertanya
untuk memastikan kesungguhan iman mereka. Rumusan pertanyaan tertera pada buku
liturgi pembaptisan. Setelah itu, pertanyaan diajukan kepada para wali baptis. Para
wali baptis inilah yang menjadi pendamping iman bagi para calon baptis.
II.
Liturgi Sabda
Bagian
ini diawali dengan Bacaan I yang selanjutnya disusul dengan Lagu Antar Bacaan
dan Alleluya. Setelah itu, pembacaan Injil oleh Imam dan Homili. Setelah Homili
selesai, ada doa pemohonan. Doa Pemohonan ini dikhususkan untuk
mendoakan para calon baptis. Lalu, Liturgi Sabda ditutup dengan pernyataan
tobat secara bersama-sama.
III.
Liturgi Pembaptisan
Liturgi
Pembaptisan diawali dengan Litani Para Kudus. Setelah itu, imam
memberkati air dengan rumusan yang sudah disediakan. Lalu, para calon baptis
diminta untuk menolak setan. Ada tiga hal, yaitu kejahatan dalam diri
dan masyarakat, godaan dan hiburan yang tidak sehat, dan berjuang mewujukan
keadilan dan menegakkan hak-hak asasi manusia. setelah menolak setan, para
calon baptis mengucapkan pengakuan iman. Pengakuan ini dalam bentuk pertanyaan.
Imam bertanya dan calon baptis menjawab. Tiga hal yang harus dipercayai adalah
Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus.
Setelah
itu, calon baptis dipanggil satu persatu untuk dibaptis oleh imam. Imam
menuangkan Air Baptis sambil berkata, “(……) aku membaptis saudara dalam
nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.” Setelah menerima air baptis, semua
baptisan berdiri di depan Altar secara berjajar. Kemudian, mereka menerima
pengurapan. Ini menandai bahwa calon baptis telah diurapi oleh Roh Kudus
menjadi Imam, Nabi dan Raja.
IV.
Upacara Penerimaan
Pada bagian ini, para calon yang
bergabung dari Gereja lain dipanggil dan bersama dengan penjamin maju ke depan
Altar. Mereka mengucapkan janji, sebagai berikut, “saya percaya dan
mengakui segala sesuatu yang diwahyukan oleh Allah, sebagaimana diimani,
diajarkan dan diwartakan oleh Gereja Katolik yang kudus.” Lalu, imam
menumpangkan tangan atas para calon dan memberkati mereka sebagai tanda
penerimaan.
V.
Penyerahan Pakaian Putih
Pada
bagian ini, imam membagikan pakaian (kain) putih kepada para wali baptis
dan penjamin. Lalu, mereka mengenakannya pada para baptisan bari dan anggota yang
diterima. Pengenaan pakaian (kain) putih ini merupakan lambang hidup baru di
mana para baptisan dan anggota baru telah mengenakan Kristus dalam hidupnya dan
diperkenankan masuk ke dalam kehidupan kekal.
VI.
Penyerahan
Lilin Bernyala
Pada
bagian ini, para putra altar mengambil cahaya dari lilin altar dan membagikan
kepad apara wali baptis dan penjamin. Kemudian, mereka menyerahkannya kepada
Baptisan dan Anggota baru. Setelah itu, mereka mendoakan Doa Bapa Kami
dan disusul dengan Salam Damai. Setelah selesai, lilin dipadamkan dan
semua Baptisan Baru, Anggota Baru, para wali baptis dan Penjamin kembali ke
tempat duduk masing-masing.
VII.
Pengukuhan Perkawinan
Jika
ada diantara mereka yang sudah menikah, mereka dipanggil kembali bersama dengan
pasangannya untuk memperbarui Janji Perkawinan. Rumusan tentang pengukuhan
perkawinan ini tertera pada teks khusus. Namun, inti bagian ini adalah
meneguhkan perkawinan mereka menjadi sakramen perkawinan.
VIII.
Penutup
Ini
adalah bagian akhir dari ritus baptis dewasa di luar misa. Imam mendoakan doa
penutup dan menutup liturgi pembaptisan dengan berkat meriah.
D. Analisis
Perbandingan
Berdasarkan pada
kedua ritus di atas saya mencoba membandingkannya sebagai berikut:
1. Beberapa
hal yang telah hilang
Seiring dengan perjalanan Gereja,
beberapa ritus baptis yang diterangkan oleh St. Ambrosius dalam kotbahnya telah
dihilangkan dalam ritus baptis sekarang ini. Setidaknya, saya menemukan tiga
bagian yang tidak dipertahankan. Ketiga hal tersebut adalah bagian pembukaan
(Ephpheta), pelumuran minyak pada tubuh calon baptis dan pencucian kaki para
calon baptis.
2.Beberapa
hal yang mengalami perubahan
Tidak hanya itu, ada beberapa hal
yang masih kita temukan namun mengalami perubahan. Beberapa ritus mendapat
beberapa tambahan kecil. Pertama adalah bagian penolakan setan. Pada
kotbah St. Ambrosius, penolakan setan hanya memuat dua unsur, yaitu kejahatan
setan dan hiburan dunia. Namun, sekarang ini, bagian penolakan setan ditambah
dengan satu pertanyaan lagi, yaitu tentang berjuang membela hak asasi manusia.
Kedua, berkat Roh Kudus. Saya
tidak menemukan bagian ini. Namun, pada ritus sekarang ini, berkat Roh Kudus
dilambangkan dengan penumpangan tangan imam di kepala calon baptis. Ketiga,
kehadiran wali baptis. Pada jaman Ambrosius, para calon baptis tidak didampingi
oleh para calon baptis. Wali baptis inilah yang menjadi pendamping dalam soal
iman bagi para calon baptis.
Keempat, praktek pembaptisan.
Pada jaman Ambrosius, pembaptisan dilakukan dengan menenggelamkan para calon
baptis. Namun, pada dewasa ini, praktek pembaptisan lebih banyak dilakukan
dengan menuangkan air tiga kali pada dahi atau kepala para calon baptis. Kelima,
pemberkatan air baptis didahului dengan mendaraskan atau menyanyikan Litani
Para Kudus.
3. Beberapa
hal yang masih dipertahankan
Gereja juga mempertahankan unsur
penting dalam pembaptisan. Sejak jaman Ambrosius sampai dengan sekarang, ada
unsur-unsur yang masih dipertahankan. Pertama adalah air. Air tetap digunakan
sebagai lambang pembersihan manusia dari dosa. Kedua adalah minyak krisma.
Minyak ini masih digunakan sebagai penobatan para calon dalam tugasnya sebagai
imam, raja dan nabi. Ketiga adalah pakaian putih. Pakaian atau kain putih ini
melambangkan kesucian umat setelah dibaptis.
Keempat adalah rumusan baptis.
Rumusan (forma) baptis yang digunakan yaitu “aku membaptis kamu dalam nama
Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Kelima
adalah pernyataan iman. Penyataan ini menggunakan model pertanyaan sebagai
ungkapan kepercayaan.
4. Penerimaan
bagi calon dari Gereja lain
Dalam ritus pembaptisan Gereja
sekarang ini, ada suatu pengecualian. Dalam ritus baptis sekarang ini,
ditambahkan suatu penerimaan bagi mereka yang berasal dari Gereja lain.
Ketentuan tentang bagaimana mereka berhak telah diatur sedemikian rupa.
E. Kesimpulan
Ritus
Baptis dalam Gereja Katolik telah mengalami perubahan. Bahkan, ritus baptis
sekarang ini menambahkan penerimaan anggota dari Gereja lain. Hal ini tentunya
disesuaikan dengan konteks Gereja sekarang. Namun, sekalipun Gereja harus
mengikuti penyesuaian ritus pada bagian-bagian tertentu, Gereja tidak
menghilangkan dan mengurangi unsur penting yang terkait dengan pembaptisan.
Forma “aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus” dan materia
air tetap menjadi pegangan dasar dalam Sakramen Baptis. Kedua unsur ini
merupakan bagian yang hakiki dalam ritus pembaptisan Gereja Katolik.
Selebihnya, Gereja bisa melakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan dan
kemendesakkan tertentu.

Sumber:
Groenen OFM, C. Teologi
Sakramen Inisiai: Baptisan-Krisma. Yogyakarta: Kanisius. 1992
Teks Kotbah St.
Ambrosius (dibagikan pada saat kuliah Inisiasi I: Baptis-Krisma)
Buku Tata
Perayaan Liturgi Pembaptisan (di luar misa) Paroki Kalvari, Lubang Buaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar