Minggu, 10 Maret 2013

Sakramen Baptis



Ritus Baptis Gereja Katolik
 Sebuah perbandingan ritus baptis berdasarkan kotbah St. Ambrosius
dengan praktek ritus baptis dewasa ini

A. Pengantar
Sakramen Baptis merupakan salah satu sakramen di dalam Gereja Katolik. Sakramen ini juga dikatakan sebagai sakramen inisiasi. Hal ini dikarenakan bahwa melalui sakramen ini, umat beriman diantar masuk ke dalam persekutuan umat yang beriman pada Yesus Kristus. Selain diterima sebagai anggota baru, para calon baptis juga diajak masuk pada suatu kehidupan baru di mana Kristus menjadi panutan utamanya. Mereka yang menerima baptis juga mendapat jaminan akan kehidupan kekal.
Segala makna yang terkadung dalam pembaptisan dapat kita temukan dalam ritus baptis itu sendiri. Namun, seiring perkembangan Gereja sejak awal sampai dengan sekarang, ritus baptis mengalami beberapa perubahan. Melalui paper ini, saya ingin menunjukkan bahwa ritus baptis mengalami perubahan. Dasarnya adalah kotbah St. Ambrosius tentang Sakramen Baptis sebagai gambaran ritus baptis pada jamannya. Kemudian, saya membandingkan dengan ritus baptis yang ada di Paroki Kalvari, Lubang Buaya sebagai gambaran ritus baptis Gereja Katolik dewasa ini.

B. Ritus Baptis menurut Kotbah Santo Ambrosius
            Berdasarkan teks kotbah St. Ambrosius tentang Sakramen Baptis, saya mencoba menangkap gambaran ritus baptis pada jaman itu. Adapun rangkaian ritus tersebut sebagai berikut:
1.      Pembukaan (Opening)
Ritus baptis dimulai dengan sebuah pembukaan. Calon baptis berdiri di hadapan imam. Kemudian, imam menyentuh mulut dan telinga calon baptis. Imam berkata “ephpheta” (efata) yang artinya terbukalah. Ritus ini didasarkan pada Kitab Suci, yaitu peristiwa Yesus yang menyembuhkan orang bisu dan tuli. Telinga calon baptis disentuh oleh imam dengan maksud bahwa calon baptis terbuka akan sabda dan homili dari imam. Mulut calon baptis disentuh dengan maksud bahwa calon baptis menerima kekuatan untuk berkata-kata. Dengan demikian, pembukaan ini dimaksudkan untuk menyiapkan para calon baptis agar layak memasuki ritus baptis selanjutnya.

2.      Pengurapan Minyak
Selanjutnya, calon baptis berjalan menuju “baptistery”. Di sana, calon baptis berhadapan dengan imam dan diakon. Pada bagian ini, diakon menerima calon baptis dan calon baptis mendekat dengan keadaan telanjang[1]. Kemudian, diakon akan meminyaki tubuh calon baptis. Maksud ritus ini adalah, sebagaimana atlit diminyaki sehingga siap untuk pertandingan gulat, calon baptis dilumuri minyak sebagai tanda bahwa dia siap untuk bergulat dan bergumul di tengah dunia.

3.      Penolakan Dosa
Selanjutnya, calon baptis menyatakan penolakannya terhadap setan. Calon baptis berdiri menghadap ke arah barat dan menyatakan penolakannya dengan suatu pernyataan. Pernyataan ini menyangkut dua hal penting, yaitu, pertama, calon baptis menolak setan serta pekerjaannya dan, kedua, calon baptis menolak dunia serta segala kesenangannya. Hal ini dilakukan sebagai janji setia yang memberikan keselamatan di surga.

4.      Air dan Doa atas Air (Pemberkatan Air)
Setalah itu, calon baptis mendekati suatu bak berisi air. Air digunakan sebagai sarana dan simbol dalam upacara baptis. Air yang digunakan dalam baptis diyakini memiliki kekuatan yang luar biasa. Dengan air, Tuhan mau membawa manusia dari dosa pada kehidupan, dari kegelisahan pada rahmat, dari ketercelaan pada kesucian. Kekuatan spiritual dalam air ini diperoleh berkat doa atas air yang dilakukan oleh imam. Imam menyucikan air dengan memohon Roh Kudus untuk turun atas air tersebut. Rumusan yang digunakan adalah “we humbly ask that he would graciously bless this creature that is water”. Pemberkatan ini diucapkan oleh imam sambil membuat salib di atas air. Pemberkatan ini memiliki dua makna, yakni tindakan penyelamatan Allah melalui air yang dimohonkan dan mohon turunnya Roh Kudus agar menyucikan air.



5.      Pembaptisan
Selanjutnya, calon baptis masuk ke dalam air. Ritus pembaptisan dilakukan dengan menenggelamkan calon baptis ke dalam air sebanyak tiga kali. Sebelum calon baptis ditenggelamkan, calon baptis akan ditanya terlebih dahulu. Jalannya pembaptisan seperti ini: Pertama, calon baptis akan ditanya “apakah kamu percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa?” dan calon baptis akan menjawab, “ya, aku percaya.” lalu calon baptis ditenggelamkan ke dalam air untuk pertama kali. Lalu, calon baptis akan ditanya lagi, “apakah kamu percaya akan Tuhan Yesus Kristus dan salib-Nya?” dan calon baptis akan menjawab, “Ya, aku percaya”. Lalu, calon baptis ditenggelamkan untuk kedua kalinya. Lalu, calon baptis akan ditanya untuk ketiga kalinya, “apakah kamu juga percaya kan Roh Kudus?” dan calon baptis akan menjawab, “Ya aku percaya”.

6.      Pengurapan Minyak Krisma
Setelah itu, calon baptis keluar dari air dan mendekat pada imam. Lalu imam menandai dengan minyak suci dan akan mengatakan, “Allah Bapa yang mahakuasa yang telah membawa kamu pada kelahiran baru melalui air dan Roh Kudus, dan telah menghapus dosa-dosamu, dirinya menghantar kamu pada hidup kekal”. Imam menegaskan bahwa melalu baptis, calon baptis sudah ditandai dengan janji keselamatan, suatu kehidupan kekal. Calon baptis dinobatkan dalam tugas sebagai imam, raja dan nabi.

7.      Pencucian Kaki
Setelah itu, calon baptis mendengarkan pembacaan Kitab Suci. Bacaan yang mereka dengar yaitu tentang kisah pembasuhan kaki. Setelah pembacaan selesai, imam mengenakan celemek dan membasuh kaki calon baptis. Hal ini mengandung unsur pengajaran bahwa calon baptis harus mengikuti teladang Yesus dengan bersikap rendah hati dan mau melayani sesama.

8.      Berkat Roh Kudus
Upacara ini dilengkapi dengan berkat dari Roh Kudus. Hal ini terjadi ketika berkat ini dimohonkan oleh imam. Calon baptis akan mendapat karunia buah-buah roh, tujuh keutamaan roh. Tujuh keutamaan inilah yang diyakini sebagai dasar agar bisa dekat dengan Tuhan.


9.      Persekutuan dalam Ekaristi
Setelah itu, calon baptis semakin mendekati Altar. Mereka diperkenankan menatap dan mengikuti perjamuan Ekaristi. Sekarang, mereka tidak hanya sekadar melihat saja tetapi juga merasakan pengalaman spiritual untuk mengerti iman yang mereka lihat dalam perjamuan Ekaristi.

10.  Pengenaan Pakaian Baptis
Setelah itu, para baptisan baru mengenakan pakaian putih. Ini merupakan lambang kesucian bahwa mereka telah dikuduskan dan menerima janji kehidupan kekal. Setelah itu, mereka diperkenankan untuk melanjutkan tata perayaan syukur ini dan terlibat di dalamnya.


C. Ritus Baptis Dewasa Paroki Kalvari Lubang Buaya
            Dalam perkembangan Gereja, ritus baptis mengalami beberapa perubahan. Sebagai perbandingannya, saya menyajikan Liturgi Pembaptisan Dewasa (di luar misa) Paroki Kalvari, Lubang Buaya. Adapun susunan liturgi pembaptisan ini sebagai berikut:
I.   Pembukaan
Liturgi dimulai dengan tanda salib dan pengantar dari imam. Setelah itu, calon baptis dipanggil satu persatu. Mereka yang dipanggil segera berdiri dan menjawab dengan tegas “saya hadir”. Mereka tetap berdiri dan kemudian imam bertanya untuk memastikan kesungguhan iman mereka. Rumusan pertanyaan tertera pada buku liturgi pembaptisan. Setelah itu, pertanyaan diajukan kepada para wali baptis. Para wali baptis inilah yang menjadi pendamping iman bagi para calon baptis.

II.     Liturgi Sabda
Bagian ini diawali dengan Bacaan I yang selanjutnya disusul dengan Lagu Antar Bacaan dan Alleluya. Setelah itu, pembacaan Injil oleh Imam dan Homili. Setelah Homili selesai, ada doa pemohonan. Doa Pemohonan ini dikhususkan untuk mendoakan para calon baptis. Lalu, Liturgi Sabda ditutup dengan pernyataan tobat secara bersama-sama.

III.   Liturgi Pembaptisan
Liturgi Pembaptisan diawali dengan Litani Para Kudus. Setelah itu, imam memberkati air dengan rumusan yang sudah disediakan. Lalu, para calon baptis diminta untuk menolak setan. Ada tiga hal, yaitu kejahatan dalam diri dan masyarakat, godaan dan hiburan yang tidak sehat, dan berjuang mewujukan keadilan dan menegakkan hak-hak asasi manusia. setelah menolak setan, para calon baptis mengucapkan pengakuan iman. Pengakuan ini dalam bentuk pertanyaan. Imam bertanya dan calon baptis menjawab. Tiga hal yang harus dipercayai adalah Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus.
Setelah itu, calon baptis dipanggil satu persatu untuk dibaptis oleh imam. Imam menuangkan Air Baptis sambil berkata, “(……) aku membaptis saudara dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.” Setelah menerima air baptis, semua baptisan berdiri di depan Altar secara berjajar. Kemudian, mereka menerima pengurapan. Ini menandai bahwa calon baptis telah diurapi oleh Roh Kudus menjadi Imam, Nabi dan Raja.

IV.   Upacara Penerimaan
            Pada bagian ini, para calon yang bergabung dari Gereja lain dipanggil dan bersama dengan penjamin maju ke depan Altar. Mereka mengucapkan janji, sebagai berikut, “saya percaya dan mengakui segala sesuatu yang diwahyukan oleh Allah, sebagaimana diimani, diajarkan dan diwartakan oleh Gereja Katolik yang kudus.” Lalu, imam menumpangkan tangan atas para calon dan memberkati mereka sebagai tanda penerimaan.

V.     Penyerahan Pakaian Putih
Pada bagian ini, imam membagikan pakaian (kain) putih kepada para wali baptis dan penjamin. Lalu, mereka mengenakannya pada para baptisan bari dan anggota yang diterima. Pengenaan pakaian (kain) putih ini merupakan lambang hidup baru di mana para baptisan dan anggota baru telah mengenakan Kristus dalam hidupnya dan diperkenankan masuk ke dalam kehidupan kekal.

VI.    Penyerahan Lilin Bernyala
Pada bagian ini, para putra altar mengambil cahaya dari lilin altar dan membagikan kepad apara wali baptis dan penjamin. Kemudian, mereka menyerahkannya kepada Baptisan dan Anggota baru. Setelah itu, mereka mendoakan Doa Bapa Kami dan disusul dengan Salam Damai. Setelah selesai, lilin dipadamkan dan semua Baptisan Baru, Anggota Baru, para wali baptis dan Penjamin kembali ke tempat duduk masing-masing.



VII.      Pengukuhan Perkawinan
Jika ada diantara mereka yang sudah menikah, mereka dipanggil kembali bersama dengan pasangannya untuk memperbarui Janji Perkawinan. Rumusan tentang pengukuhan perkawinan ini tertera pada teks khusus. Namun, inti bagian ini adalah meneguhkan perkawinan mereka menjadi sakramen perkawinan.

VIII.    Penutup
Ini adalah bagian akhir dari ritus baptis dewasa di luar misa. Imam mendoakan doa penutup dan menutup liturgi pembaptisan dengan berkat meriah.


D. Analisis Perbandingan
Berdasarkan pada kedua ritus di atas saya mencoba membandingkannya sebagai berikut:
1. Beberapa hal yang telah hilang
            Seiring dengan perjalanan Gereja, beberapa ritus baptis yang diterangkan oleh St. Ambrosius dalam kotbahnya telah dihilangkan dalam ritus baptis sekarang ini. Setidaknya, saya menemukan tiga bagian yang tidak dipertahankan. Ketiga hal tersebut adalah bagian pembukaan (Ephpheta), pelumuran minyak pada tubuh calon baptis dan pencucian kaki para calon baptis.

2.Beberapa hal yang mengalami perubahan
            Tidak hanya itu, ada beberapa hal yang masih kita temukan namun mengalami perubahan. Beberapa ritus mendapat beberapa tambahan kecil. Pertama adalah bagian penolakan setan. Pada kotbah St. Ambrosius, penolakan setan hanya memuat dua unsur, yaitu kejahatan setan dan hiburan dunia. Namun, sekarang ini, bagian penolakan setan ditambah dengan satu pertanyaan lagi, yaitu tentang berjuang membela hak asasi manusia.
            Kedua, berkat Roh Kudus. Saya tidak menemukan bagian ini. Namun, pada ritus sekarang ini, berkat Roh Kudus dilambangkan dengan penumpangan tangan imam di kepala calon baptis. Ketiga, kehadiran wali baptis. Pada jaman Ambrosius, para calon baptis tidak didampingi oleh para calon baptis. Wali baptis inilah yang menjadi pendamping dalam soal iman bagi para calon baptis.
            Keempat, praktek pembaptisan. Pada jaman Ambrosius, pembaptisan dilakukan dengan menenggelamkan para calon baptis. Namun, pada dewasa ini, praktek pembaptisan lebih banyak dilakukan dengan menuangkan air tiga kali pada dahi atau kepala para calon baptis. Kelima, pemberkatan air baptis didahului dengan mendaraskan atau menyanyikan Litani Para Kudus.

3. Beberapa hal yang masih dipertahankan
            Gereja juga mempertahankan unsur penting dalam pembaptisan. Sejak jaman Ambrosius sampai dengan sekarang, ada unsur-unsur yang masih dipertahankan. Pertama adalah air. Air tetap digunakan sebagai lambang pembersihan manusia dari dosa. Kedua adalah minyak krisma. Minyak ini masih digunakan sebagai penobatan para calon dalam tugasnya sebagai imam, raja dan nabi. Ketiga adalah pakaian putih. Pakaian atau kain putih ini melambangkan kesucian umat setelah dibaptis.
            Keempat adalah rumusan baptis. Rumusan (forma) baptis yang digunakan yaitu “aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putra  dan Roh Kudus”. Kelima adalah pernyataan iman. Penyataan ini menggunakan model pertanyaan sebagai ungkapan kepercayaan.

4. Penerimaan bagi calon dari Gereja lain
            Dalam ritus pembaptisan Gereja sekarang ini, ada suatu pengecualian. Dalam ritus baptis sekarang ini, ditambahkan suatu penerimaan bagi mereka yang berasal dari Gereja lain. Ketentuan tentang bagaimana mereka berhak telah diatur sedemikian rupa.

E. Kesimpulan
Ritus Baptis dalam Gereja Katolik telah mengalami perubahan. Bahkan, ritus baptis sekarang ini menambahkan penerimaan anggota dari Gereja lain. Hal ini tentunya disesuaikan dengan konteks Gereja sekarang. Namun, sekalipun Gereja harus mengikuti penyesuaian ritus pada bagian-bagian tertentu, Gereja tidak menghilangkan dan mengurangi unsur penting yang terkait dengan pembaptisan. Forma “aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus” dan materia air tetap menjadi pegangan dasar dalam Sakramen Baptis. Kedua unsur ini merupakan bagian yang hakiki dalam ritus pembaptisan Gereja Katolik. Selebihnya, Gereja bisa melakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan dan kemendesakkan tertentu.

 

Sumber:
Groenen OFM, C. Teologi Sakramen Inisiai: Baptisan-Krisma. Yogyakarta: Kanisius. 1992
Teks Kotbah St. Ambrosius (dibagikan pada saat kuliah Inisiasi I: Baptis-Krisma)
Buku Tata Perayaan Liturgi Pembaptisan (di luar misa) Paroki Kalvari, Lubang Buaya.


[1] Ambrosius tidak memberikan keterangan lebih mendetail tentang telanjang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar